Al-Qur’an Menjawab Keheranan Orang Kristen Siapa Sebenarnya yang Disalib
Al-Quran dan Soal Penyaliban Nabi isa
Salah satu kisah masa lalu yang membuat orang ragu akan kebenerannya adalah kisah penyaliban Nabi isa seperti yang terdapat dalam Injil umat Nasrani. Kaum Isa dan mayoritas orang Romawi melihat peristiwa penyaliban itu. Keraguan tidak memengaruhi mereka apakah Isa itu dibunuh dan disalib. Hanya saja orang terdekat Nabi Isa yang disebut sebagai kalangan Hawariyin menyaksikan sendiri bahwa setelah peristiwa penyaliban itu Nabi Isa masih hidup. Informasi ini seperti terdapat dalam Injil Lukas sebagai berikut:
“Ketika mereka sedang berbincang soal hal itu, Isa sendiri yang berdiri di tengah-tengah mereka. Ia berkata pada mereka, ‘salam sejahtera untuk kalian.’ Mereka pun kaget, takut, dan mengira sedang melihat roh. Isa pun bertanya kepada mereka, ‘mengapa kalian terlihat kebingungan? apa yang sedang berkecamuk di dalam pikiran kalian? lihatlah kedua tangan dan kedua kakiku. Ini aku. Periksalah aku dan lihatlah. Toh itu tidak punya daging dan tulang, seperti yang kalian lihat sekalian.’ Ketika mengatakan itu, Isa menunjukkan kedua tangan dan kakinya pada mereka. Ketika mereka masih belum percaya dan masih terheran-heran, Isa berkata kepada mereka, ‘apakah kalian punya makanan disini?’ Mereka pun menghidangkan sebagian ikan bakar dan sedikit madu. Isa pun mengambilnya dan memakan di hadapan mereka.
Melihat kenyataan itu, semua orang pun menjadi kebingungan. Orang-orang berkata, “ia kan sudah disalib?!” Mereka benar-benar melihat kejadian itu dengan mata kepala sendiri. Menurut kaum hawariyin, mereka sendiri yang menemui isa setelah kejadian penyaliban isa itu lengkap dengan jasad dan rohnya dalam keadaan hidup dan diberkati rezeki. Mereka tidak menemukan penjelasan mamadai atas kontradiksi ini selain apa yang mereka katakan, “dia disalib, meninggal, dikebumikan, kemudian dibangkitkan di tengah-tengah orang yang sudah mati.” Alquran datang untuk menguak misteri itu. Ketidak jelasan pun hilang. Allah berfirman:
“Karena ucapan mereka, ‘sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,’ padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserukan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka. Mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Allah maha perkasa lagi maha bijaksana.” (QS. An-Nisa [4]: 157-158)
Yang sebenarnya yang disalib adalah orang yang mirip Isa. Mereka yang mengatakan, “kami melihatnya disalib,” memang menginformasikan ihwal apa yang mereka lihat, karena mereka mengira orang mirip Isa itu isa Alaihissalam. Orang-orang yang mengatakan, “kami melihatnya setelah peristiwa itu,” justru yang benar, karena Isa memang tidak pernah disalib.
Alquran datang dengan membawa fakta baru, menguak kebenaran yang sesungguhnya, dan membebaskan masyarakat dari pertikaian. Ini merupakan bagian dari kemukjizatan Alquran yang bisa nilai sebagai salah satu bukti kebenaran Nabi Muhammad. Mengapa? Karena kisah ini terjadi jauh-jauh hari sebelum zaman Nabi Muhammad. Orang yang terlibat dalam kisah ini sendiri bahkan masih bingung dan ragu. Setelah beberapa abad kemudian, nabi yang buta baca-tulis, justru menguak misteri kepada mereka dan berhasil menjelaskan hakikat berbagai peristiwa yang saling bertentangan. Ia berhasil menggugurkan kontradiksi dan menghilangkan kerancuan. Ini menjadi petunjuk bahwa pengetahuan yang dibawa nabi yang ummi itu pasti berasal dari Allah. Apalagi setelah banyak sekali pendeta dan rahib yang memeluk Islam selama perjalanan sejarah. Hal itu sekaligus sebagai bentuk pengakuan atas kebenaran informasi yang diwartakan Alquran yang sesuai dengan fakta sejarah terkait para rasul dan para pengikutnya. Bahkan, semua informasi yang disampaikan nabi yang ummi ini sama sekali bukan merupakan pengetahuan umum kaumnya saat itu.
Referensi: Ishah [24]: 26-43, Ensiklopedia Qur'an & Hadits.
Via Musholli -Baitul Maqdis-
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar