TIPU DAYA PAULUS TARSUS I |
Saul (Hakham Yahudi) ataukah Paulus sang Rasul?
Paulus sang Rasul (3 M - 62 M): Nama Ibraninya adalah Saul. Seorang penduduk Roma yang beragama Yahudi, lahir pada tahun 3 masehi di kota Tarsus di sebelah selatan Turki, dari kedua orang tua Yahudi keturunan Ibrahim. Ayahnya adalah orang Persia keturunan Benyamin anak Yakub (Israel) (Roma 11:1). Paulus sendiri tidak meyakini ketuhanan Al-Masih. Dia juga memandang para pengikut Al-Masih hanya sebagai ancaman agama dan politik terhadap negara. Oleh karena itu dia menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat pedih dan mengusir mereka baik di dalam ataupun di luar Yerusalem (Al-Quds).
Dalam perjalanannya dari Yerusalem menuju Damaskus untuk menangkap orang-orang Kristen yang kabur dari Yerusalem, dia berkata bahwa Al-Masih telah menampakkan diri kepadanya dan menuntunnya ke jalan iman kepadanya (Kisah Para Rasul 22:1-11), dan sejak saat itu Paulus memikul tugas menyebarkan ajaran Kristen, yang mana dia menulis empat betas surat (dengan asumsi bahwa dia adalah penulis surat kepada kaum Ibrani) yang seluruhnya dimasukkan ke dalam Alkitab dan dijadikan landasan di masa yang akan datang -melalui keputusan Dewan Gereja Umum- pembentukan agama Kristen seperti formatnya yang sekarang ini. Sampai-sampai julukan agama Kristen berubah menjadi Al-Masihiyyah Paulus (Kristen Paulus).
Paulus berpindah-pindah tempat pada saat penyebaran ajaran Kristen ke beberapa negara (Cyprus, Antiokhia, Yerusalem, Syria, dan Roma), hingga dia mati terbunuh di Roma pada 22 Februari 62 Masehi (Ensiklopedia Encarta). Pendapat lain mengatakan bahwa dia mati pada peristiwa terbakarnya Roma di masa pemerintahan Nero pada bulan Juli 64 Masehi (Kamus Alkitab. Kamus Alkitab juga menyebutkan pendapat Ensiklopedia di atas).
Pada saat itu, kota Tarsus, kota di mana Paulus dibesarkan, merupakan pusat perkembangan ilmu dan filsafat Stoicisme (ketenangan), yang memfokuskan ajaran-ajarannya pada akhlak, dan aliran Panteisme (Wihdatui wujud). Pengaruh aliran pemikiran tersebut tampak jelas dalam berbagai ungkapan Paulus tentang dasar-dasar ajaran Kristen, seperti yang dijelaskan dalam kamus Alkitab (Halaman: 196). Ini berarti bahwa Paulus memiliki latar belakang budaya filsafat Yunani, dan juga budaya Yahudi (Perjanjian Lama) karena dia orang Yahudi.
Kami akan memulai dengan menggambarkan Paulus tentang dirinya dalam suratnya kepada penduduk Roma, dia berkata:
[1] Dan Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul (apostle) dan dikuduskan (separated) untuk memberitakan Injil Allah. (Roma 1:1)
Dapat kita perhatikan ayat di atas, bahwa ungkapan Yang dipanggil menjadi rasul berarti bahwa kata rasul adalah ungkapan Paulus sendiri. Ini tidak sama artinya dengan kata Rasul untuk Nabi Musa. Bisa jadi maksudnya apostle dalam bahasa Inggris yang juga berarti murid (hawariy) bukan seorang nabi -seperti yang disebutkan dalam teks King James dalam bahasa Inggris- ini merupakan kata yang tepat di dalam menggambarkan hakekat Paulus yang menyatakan bahwa dia adalah seorang murid dan bukan seorang nabi.
At-Tafsir At-Tathbiqi li Al-Kitab Al-Muqaddas,
halaman
2373 menjelaskan arti ayat di atas, "Ketika Paulus seorang Yahudi yang
fanatik dan yang suka menindas orang-orang Kristen itu beriman maka Allah
menggunakannya untuk menyebarkan Injil ke seluruh dunia."
Demikianlah! Sebenarnya Paulus tidak memiliki risalah khusus. Bahkan
tugas utamanya hanya terbatas (menurut pemahamannya) dalam penyebaran kabar
gembira dan Injil, seperti yang dikatakannya:
[19] Oleh kuasa tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat dan
oleh kuasa roh. Demikianlah dalam perjalanan keliling dari Yerusalem ke
llirikum, aku telah memberitakan sepenuhnya Injil
Kristus. (Roma 15:19)
Arti tersebut dipertegas kembali dalam ayat berikut ini:
[16] Kuulangi lagi: Jangan hendaknya ada orang yang
menganggap aku bodoh. Dan jika kamu menganggap demikian, terimalah aku sebagai
orang bodoh supaya aku pun boleh bermegah sedikit. [17] Apa yang aku katakan, aku
mengatakannya bukan sebagai orang yang berkata menurut firman
Tuhan,
melainkan sebagai orang bodoh yang berkeyakinan, bahwa ia boleh bermegah. (2
Korintus 11:16-17)
Seperti yang kita lihat, bahwa ini
adalah ayat yang menegaskan bahwa Paulus bukanlah seorang rasul atau nabi, namun
dia berusaha untuk masuk ke dalam golongan nabi, tanpa wahyu. Paulus pun
mengakuinya secara terang-terangan (Apa yang aku katakan, aku mengatakannya bukan sebagai
orang yang berkata menurut firman Tuhan, melainkan sebagai orang
bodoh) maksudnya adalah bahwa perkataannya bukanlah wahyu,
tapi hanya sekadar kebodohan dirinya, dan dia berhak untuk bangga dengan
kebodohannya, seperti yang tertulis dalam terjemahan modern dari ayat tersebut
[16] Aku mengatakannya sekali lagi: Jangan hendaknya ada
orang yang menganggap aku bodoh. Dan jika kamu menganggap demikian, terimalah
aku sebagai orang bodoh supaya aku bisa berbangga diri sedikit. (2 Korintus
11:16)
Paulus berusaha mengangkat dirinya
sendiri, dengan mengaku bahwa dia tidak jauh berbeda dengan seorang rasul yang
memiliki keistimewaan, meskipun dirinya sendiri tidak berarti apa-apa, dan
meskipun dia membanggakan kebodohannya secara terang-terangan.
[11] Sungguh aku telah menjadi bodoh, tetapi kamu yang
memaksa aku. Sebenarnya aku harus kamu puji. Karena meskipun aku tidak berarti
sedikitpun, namun dalam segala hal aku tidak kalah terhadap rasul-rasul yang
luar biasa itu. (2 Korintus 12:11)
Terjemahan terbaru Alkitab memperjelas
arti ayat tersebut,
[11] Sungguh aku telah menjadi bodoh, tetapi kamulah
yang memaksa aku. Sebenarnya kamu harus memujiku. Karena aku tidak berbeda
dalam segala hal dengan rasul-rasul yang luar biasa itu. (2 Korintus 12:11)
Seperti yang kita lihat bahwa Paulus
mengakui kebodohannya secara terang-terangan, meskipun demikian dia berusaha
untuk mendapatkan simpati dan pujian dari masyarakat (Sebenarnya kamu harus
memujiku...). Tidak hanya
itu, bahkan terkadang dia berbicara seperti orang
gila,
ketika dia menjelaskan bahwa dia adalah pelayan utama Al-Masih dan terbaik,
karena dia lebih banyak memikul beban.
[22] Apakah mereka orang lbrani? Aku juga orang Ibran.
Apakah mereka orang Israel? Aku juga orang Israel. Apakah mereka keturunan
Abraham? Aku juga keturunan Abraham. [23] Apakah mereka pelayan Kristus? -Aku
berkata seperti orang gila- aku lebih lagi! Aku banyak berjerih lelah; lebih
sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. (2
Korintus 11:22-23)
Tidaklah benar bahwa Paulus terpaksa
mengatakan hal itu, karena orang-orang ragu dengan risalah yang dibawanya. Dalam
kondisi apa pun, seorang rasul tidak dibenarkan berbicara seperti orang gila.
Bagaimana mungkin orang-orang akan mempercayai perkataan orang gila?
Paulus berpendapat bahwa dirinya tidak jauh berbeda -sama sekali- dengan para rasul yang memiliki kelebihan, meskipun dia mengakui bahwa dirinya bodoh dan tidak berarti apa-apa! Dan Paulus terus meyakini hal itu, meskipun dia tidak pandai dalam berkata-kata.
Paulus berpendapat bahwa dirinya tidak jauh berbeda -sama sekali- dengan para rasul yang memiliki kelebihan, meskipun dia mengakui bahwa dirinya bodoh dan tidak berarti apa-apa! Dan Paulus terus meyakini hal itu, meskipun dia tidak pandai dalam berkata-kata.
[5] Tetapi menurut pendapatku sedikit pun aku tidak
kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu. [6] Jikalau aku kurang
paham dalam hal berkata-kata, tidaklah demikian dalam hal pengetahuan; sebab
kami telah menyatakannya kepada kamu pada segala waktu dan dalam segala hal. (2
Korintusl 1:5-6)
Paulus berusaha mencari dukungan
orang-orang, meskipun harus membayar mahal, rneskipun dia harus melepaskan
keyakinan Kristennya, dia rnengatakan:
[19] Sungguhpun aku bebas dari semua orang, aku
menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak
mungkin orang. [20] Demikianlah bagi orang Yahudi aku seperti orang Yabudi,
supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah
hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat,
sekalipun aku tidak hidup di bawah hukum
Taurat,
supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat. [21] Bagi
orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, aku menjadi seperti orang
yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup diluar hukum
Allah, karena aku hidup di bawah hukum
Kristus, supaya aku memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah
hukum Taurat. (1 Korintus 9:19-21)
Ini merupakan ayat yang merefleksikan
filsafat Paulus secara umum, dia membaca dengan cara apa saja, dan melalui agama
apa saja, demi mendapatkan daya tarik masyarakat dan popularitas mereka (Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat,
aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum
Taurat), dia berusaha
untuk mendapatkan keuntungan dengan semua resiko, meskipun dia harus tampil
seperti penyembah berhala!
Secara jelas terlihat bahwa pemikiran tersebut bukanlah wahyu Tuhan, jika hal itu ditinjau dari segala aspek. Wahyu Tuhan yang benar (Perjanjian Terbaru) haruslah terbebas dari penerimaan dan penolakan manusia terhadap rasul. Yang wajib dilakukan oleh rasul, hanyalah membawa agama yang benar saja, tanpa melihat apakah agama yang dibawanya diterima oleh masyarakat atau tidak. Bukanlah sikap yang dapat dibenarkan, jika seorang rasul membaca sesuai dengan keinginan suatu kelompok, karena hal yang demikian itu dapat menghilangkan esensi agama dalam tabligh Ilahi. Inilah firman Allah yang khusus diberikan kepada setiap rasul,
Secara jelas terlihat bahwa pemikiran tersebut bukanlah wahyu Tuhan, jika hal itu ditinjau dari segala aspek. Wahyu Tuhan yang benar (Perjanjian Terbaru) haruslah terbebas dari penerimaan dan penolakan manusia terhadap rasul. Yang wajib dilakukan oleh rasul, hanyalah membawa agama yang benar saja, tanpa melihat apakah agama yang dibawanya diterima oleh masyarakat atau tidak. Bukanlah sikap yang dapat dibenarkan, jika seorang rasul membaca sesuai dengan keinginan suatu kelompok, karena hal yang demikian itu dapat menghilangkan esensi agama dalam tabligh Ilahi. Inilah firman Allah yang khusus diberikan kepada setiap rasul,
"Jika kamu berpaling, maka sungguh telah kusampaikan
kepadamu petunjuk yang aku diutus untuk menyampaikannya. Dan Tuhanku akan
menggantikan kamu dengan kaum yang lain dan kamu tidak dapat membuat mudarat
kepada-Nya sedikitpun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala
sesuatu." (Hud: 57)
Maksud ayat di atas adalah, jika mereka
berpaling atau menantang para nabi dan rasul, maka hendaknya nabi/rasul itu
mengatakan kepada mereka, "Aku telah menyampaikan apa yang telah ditugaskan
kepadaku untuk kalian semua, jika kalian mengambilnya, maka itu adalah sebuah
keberuntungan bagi kalian, dan jika kalian meninggalkannya, maka Allah Subhanahu
wa Ta'ala akan menggantikan kalian dengan sebuah kaum yang lain, lalu mengadzab
kalian, kalian juga tidak akan pernah membuat mudarat kepada-Nya, meskipun
kalian meninggalkannya." Ayat-ayat Al-Qur'an yang berkenaan dengan hal tersebut
silih berganti, untuk menjelaskan kepada kita, bahwa ketika manusia menantang
sesuatu yang disampaikan oleh rasul, maka tidak ada kewajiban bagi rasul itu,
kecuali menyampaikan saja. Firman Allah,
"Dan jika mereka
berpaling, maka kewajibanmu hanyalah menyampaikan dengan terang." (An-Nahl:
82)
Pemikiran matematis dan redaksi hokum
pun terus menetang hal yang terkait dengan maksud di atas, Allah berfirman,
"Jika mereka berpaling, maka katakanlah: Aku telah
menyampaikan kepada kamu sekalian terus terang. Dan aku tidak mengetahui apakah
ancaman itu sudah dekat atau masih jauh? Sesungguhnya Dia mengetahui perkataan
(yang kamu ucapkan) dengan terang-terangan dan Dia mengetahui apa yang kamu
rahasiakan. Dan aku tiada mengetahui boleh jadi hal itu (penundaan adzab) cobaan
bagi kamu atau menjadi kesenangan sampai kesuatu waktu. (Muhammad) berkata: Ya
Tuhanku berilah keputusan dengan adil. Dan Tuhan kami adalah Tuhan yang Maha
Pemurah lagi yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu katakan.
"(AI-Anbiyaa': 109-112)
"Jika mereka berpaling, maka katakanlah: Aku telah
menyampaikan kepada kamu sekalian terus terang" Artinya: Jika mereka
menantangmu, maka katakanlah kepada mereka -sekarang juga- kita akan berpisah
setelah sama-sama mengetahui kebenaran, agar mereka memikul dosa-dosa mereka
sendiri. Saya berharap para agamawan Kristen membandingkan redaksi ini dengan
redaksi yang yang dikatakan oleh Paulus sang rasul yang bodoh, plin-plan, dan
munafik, yang berbicara seperti orang gila, menurut pengakuan dirinya sendiri.
Di dalam Al-Qur'an, kata "berpaling" disebutkan sebanyak 33 kali. Kata
tersebut telah membuat diri kita tertunduk menangis kepada Allah Subhanahu wa
Ta'ala, karena kita lalai dalam melaksanakan hak-Nya.
Oleh karena itu misi yang dibawa oleh rasul, hanyalah sebatas melaksanakan perintah Allah semata, dan hanyalah melaksanakan tugas tersebut dengan ketekunan dan kekhusyu'an, hingga pada tingkatan bergetarnya jiwa dan raga secara bersamaan, seperti firman Allah kepada rasul-Nya,
"Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik." (Al-Hijr: 94)
Inilah sebuah perintah yang dapat menggetarkan rasul dan para pengikutnya, sehingga hati dan lisan pun sulit mengungkapkan kalimat "Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan", yang tidak mungkin bagi kita memahami arti kalimat tersebut, kecuali setelah menghubungkannya dengan firman Allah, yang menggambarkan refleksi turunnya wahyu kepada gunung-gunung, firman Allah,
Oleh karena itu misi yang dibawa oleh rasul, hanyalah sebatas melaksanakan perintah Allah semata, dan hanyalah melaksanakan tugas tersebut dengan ketekunan dan kekhusyu'an, hingga pada tingkatan bergetarnya jiwa dan raga secara bersamaan, seperti firman Allah kepada rasul-Nya,
"Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik." (Al-Hijr: 94)
Inilah sebuah perintah yang dapat menggetarkan rasul dan para pengikutnya, sehingga hati dan lisan pun sulit mengungkapkan kalimat "Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan", yang tidak mungkin bagi kita memahami arti kalimat tersebut, kecuali setelah menghubungkannya dengan firman Allah, yang menggambarkan refleksi turunnya wahyu kepada gunung-gunung, firman Allah,
"Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur 'an ini kepada
sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut
kepada Allah. Dan perumpainaan-perurnpamaan itu Kami buat untuk manusia
supaya
mereka berftkir." (Al-Hasyr: 21)
Biarkanlah para agamawan Kristen
merenungi kalimat "supaya mereka berfikir" maksud ayat tersebut!
Pertanyaan yang terlontar sekarang! Apakah Nabi Muhammad berusaha mencari kemuliaan diri dan menarik simpati orang lain, seperti yang Paulus lakukan? Inilah firman Allah di dalam Al-Qur'an,
Pertanyaan yang terlontar sekarang! Apakah Nabi Muhammad berusaha mencari kemuliaan diri dan menarik simpati orang lain, seperti yang Paulus lakukan? Inilah firman Allah di dalam Al-Qur'an,
"Katakanlah: Upah yang aku minta kepadamu, adalah untuk
kamu. Upahku hanya dari Allah, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." (Saba':
47)
Seperti yang telah kita ketahui bahwa
Allah Subhanahu wa Ta'alalah yang langsung memberikan ganjaran pahala kepada
para rasul. Adapun ganjaran orang yang beriman akan kembali ke dirinya sendiri.
Dialah orang yang akan memanfaatkan ganjaran keimanannya dan keselamatan akhirat
yang diharapkannya, yaitu dengan tercapainya tujuan dari penciptaan makhluk di
dunia ini, yang tercermin dari: Iman yang didasari oleh akal. Maksudnya adalah
Iman orang yang berakal dan melaksanakan aturan/syariat (pentingnya melaksanakan
amal saleh). Pelaksanaan syariat bukanlah sesuatu yang dibuat oleh manusia,
namun itu adalah perintah dan hukum Allah Subhanahu wa Ta'ala yang wajib kita
ikuti, bagi setiap hamba yang beriman kepada-Nya. Inilah perkataan Allah kepada
Musa Alaihis Salam:
[16] Pada hari ini Tuhan, Allahmu, memerintahkan engkau
melakukan ketetapan dan peraturan ini; lakukanlah semuanya itu dengan setia,
dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu. (Ulangan26:16)
Kita kembali membahas Paulus sang Rasul
(atau Paulus seorang hawari [murid Isa]), dia berupaya menolak segala tuduhan
kebohongan terhadap dirinya dalam berbagai surat.
[31] Allah, yaitu Bapa dari Yesus, Tuhan kita, yang
terpuji sampai selama-lamanya, tahu, bahwa aku tidak
berdusta. (2 Korintus 11:31)
[20] Di hadapan Allah kutegaskan: Apa yang kutuliskan kepadamu ini benar, aku tidak berdusta. (Galatia 1:20)
[7] Untuk kesaksian itulah aku telah ditetapkan sebagai pemberita dan rasul -yang kukatakan benar dan aku tidak berdusta- dan sebagai pengajar orang-orang yang bukan Yahudi, dalam iman dan kebenaran. (Timotius 2:7)
[20] Di hadapan Allah kutegaskan: Apa yang kutuliskan kepadamu ini benar, aku tidak berdusta. (Galatia 1:20)
[7] Untuk kesaksian itulah aku telah ditetapkan sebagai pemberita dan rasul -yang kukatakan benar dan aku tidak berdusta- dan sebagai pengajar orang-orang yang bukan Yahudi, dalam iman dan kebenaran. (Timotius 2:7)
Beginilah Paulus membela dirinya
sepanjang surat yang telah dibuatnya, dia mengaku bahwa dia tidak berbohong sama
sekali, dia pun mempertahankan kebodohannya, seperti yang kita lihat pada
ayat-ayat sebelumnya, sebagaimana Paulus meminta kepada orang-orang tentang
prediksi kebodohannya.
[1] Alangkah baiknya, jika kamu sabar terhadap
kebodohanku yang kecil ini. Memang kamu sabar terhadap aku! (2 Korintus 11:1)
Jadi, risalah menurut Paulus hanyalah
sekadar persaingan dan perlombaan dalam menafsirkan teks-teks Injil, dengan para
pendusta lainnya, seperti dalam teks berikut ini:
[12] Tetapi apa yang kulakukan, akan tetap kulakukan
untuk mencegah mereka yang mencari kesempatan guna menyatakan, bahwa mereka sama
dengan kami dalam hal yang dapat dimegahkan/dibanggakan. [13] Sebab orang-orang
itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai
rasul-rasul Kristus. (2 Korintus 11:12-13)
Oleh karena itu, Paulus selalu menuduh orang
lain berdusta, dan nabi palsu, dengan tujuan -masih menurut pandangannya-
membanggakan dan mengaktualisasikan diri sendiri menurut pandangan kontemporer.
Maka dari itu, risalah/misi menurut pandangan Paulus hanyalah sekadar perang
pemikiran dengan orang lain, untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri (apa yang
kulakukan, akan tetap kulakukan untuk mencegah mereka yang mencari kesempatan
guna menyatakan, bahwa mereka sama dengan kami dalam hal yang dapat
dimegahkan/dibanggakan}.
Inilah sekilas pandang mengenai Paulus sang Murid (bukan sang rasul), sosok pembentuk akidah Kristen, seperti yang kita lihat sekarang ini. Lihadah bagaimana dia menggambarkan diri dan sifatnya. Nah, adakah seorang rasul yang berkata kepada kaumnya, "Sungguh aku telah menjadi bodoh tetapi kamu yang memaksa aku!" "Alangkah baiknya, jika kamu sabar terhadap kebodohanku!" "Aku berkata seperti orang gila!" "Namun di dalam segala hal aku tidak kalah terhadap rasul-rasul yang luar biasa itui" "Meskipun aku tidak berarti sedikit pun!" "Aku tidak berdusta!"
Dia pun berupaya untuk mendapatkan kemuliaan dirinya sendiri, "Sebenamya aku harus kamu puji!" Dia juga senantiasa bertindak munafik di hadapan manusia agar menguasai mereka, sampai-sampai dia rela menampilkan dirinya seakan-akan dia seorang penyembah berhala, "Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat!" Dia ingin menaklukkan orang-orang sekalipun harus membayar mahal, sekalipun harus berpura-pura menjadi penyembah berhala, kafir dan hidup tanpa hukum/syariat! Mungkinkah orang seperti Paulus ini dapat dikategorikan sebagai seorang rasul? Firman Allah,
Inilah sekilas pandang mengenai Paulus sang Murid (bukan sang rasul), sosok pembentuk akidah Kristen, seperti yang kita lihat sekarang ini. Lihadah bagaimana dia menggambarkan diri dan sifatnya. Nah, adakah seorang rasul yang berkata kepada kaumnya, "Sungguh aku telah menjadi bodoh tetapi kamu yang memaksa aku!" "Alangkah baiknya, jika kamu sabar terhadap kebodohanku!" "Aku berkata seperti orang gila!" "Namun di dalam segala hal aku tidak kalah terhadap rasul-rasul yang luar biasa itui" "Meskipun aku tidak berarti sedikit pun!" "Aku tidak berdusta!"
Dia pun berupaya untuk mendapatkan kemuliaan dirinya sendiri, "Sebenamya aku harus kamu puji!" Dia juga senantiasa bertindak munafik di hadapan manusia agar menguasai mereka, sampai-sampai dia rela menampilkan dirinya seakan-akan dia seorang penyembah berhala, "Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat!" Dia ingin menaklukkan orang-orang sekalipun harus membayar mahal, sekalipun harus berpura-pura menjadi penyembah berhala, kafir dan hidup tanpa hukum/syariat! Mungkinkah orang seperti Paulus ini dapat dikategorikan sebagai seorang rasul? Firman Allah,
"...Tidak adakah di antara kamu yang berakal?" (Hud:
78)
Lalu, apakah konpensasinya? Di dalam
Al-Qur'an Allah menjelaskan risalah Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam,
"Dan dia tidak
menuturkan (Al-Qur'an) menurut hawa nafsunya. la (Al-Qur'an) tiada lain kecuali
wahyu yang di wahyukan. Yang mengajarinya (Jibril) yang sangat kuat." (An-Najm:
3-5)
Saya berharap sekali agamawan Kristen
membaca lagi ayat-ayat di atas beberapa kali, agar mereka dapat memahami
artinya. Sadarkah para agamawan Kristen itu, bahwa seorang rasul
tidak menuturkan menurut hawa
nafsunya? Bahwa yang dibicarakannya itu tiada lain kecuali wahyu yang
di wahyukan, dan agama
adalah ilmu yang mengajarinya
(Jibril) yang sangat kuat, bukan dengan takhayul, mitos,
kebodohan, kejahilan dan bukan upaya untuk mengaktualisasikan diri.
Jika kita berbicara mengenai surat Paulus, kita tidak menemukan kata "wahyu", kecuali hanya sekali (Roma 11: 4). Itu pun karena dia berbicara tentang Nabi Elia, bukan tentang dirinya sendiri. Apakah para pembohong ini memperhatikan hal tersebut? Ketahuilah, bahwa seorang rasul sudah seharusnya dibimbing oleh wahyu Tuhan yang benar dalam setiap ucapannya. Firman Allah,
"Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Maka apakah kamu tidak menukirkan(nya)?" (Al-An'am:50)
Saya sangat berharap para pembohong ini mau membaca ayat-ayat di atas berulang kali, sehingga mereka sadar akan kebenaran yang mereka yakini dan mengetahui apa sebenarnya esensi wahyu Tuhan yang benar itu. Oleh karena itu, permasalahan agama adalah permasalahan ilmiah yang dapat dicerna oleh akal dan logika, bukan permasalahn yang dipenuhi dengan kebodohan dan kejahilan. "Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?"
Renungan
Seperti yang telah kita lihat -pada alenia-alenia di atas- bahwa Paulus, hanyalah salah seorang penyebar Injil, atau malah merupakan salah seorang penafsir Injil perdana. Dia pun mengakui hal itu secara terang-terangan, dan juga mengakui bahwa dia tidak berbicara atas nama wahyu yang turun dari langit, melainkan berbicara atas dasar kebudayaan yang dianutnya yang berkembang pada saat itu (tanpa melihat kebodohannya, yang diakuinya sendiri). Dan, yang kita ketahui -sekarang ini- bahwa Paulus telah menulis empat belas surat (jika kita menganggap dialah penulis surat kepada kaum Ibrani itu), yang telah dimasukkan seluruhnya ke dalam Alkitab, yang nantinya -melalui keputusan Dewan Tinggi Gereja- dinyatakan sebagai dasar ajaran Kristen dalam formatnya sekarang ini. Pauluslah yang menentukan ketuhanan Al-Masih, dia juga yang menyatakan Al-Masih anak Tuhan (Trinitas), dia juga yang mengatakan adanya kesalahan fatal, serta yang mengatakan tentang pengorbanan dan salib, dan pemyataan lainnya. Inilah bentuk ajaran Kristen yang tidak lagi bersandarkan pada Al-Masih, akan tetapi bersandarkan pada Paulus.
Pertanyaan yang terlontar sekarang!
Pertama: Bagaimana mungkin seorang agamawan Kristen membiarkan Tafsiran Paulus (surat-surat Paulus) itu menyusup ke dalam Alkitab (tanpa melihat kebenarannya) dan menganggap tafsiran tersebut (surat-surat Paulus itu) sebagai bagian pelengkap dan penyempuma agama Kristen?
Kedua: Bagaimana mungkin para agamawan Kristen membiarkan pandangan Paulus terhadap agama Kristen, sebagai satu-satunya pandangan yang benar bagi ajaran Kristen, serta memaksakannya kepada semua orang (pandangan yang memformat ajaran Kristen seperti sekarang ini). Bahkan pandangan Paulus tersebut melarang orang-orang memandang Al-Masih dengan pandangan yang sebenamya!
Ketiga: Apakah pandangan Paulus itu benar dalam memahami dan menafsirkan ajaran Kristen?
Kita perhatikan disini, seandainya para ulama Islam mengikuti konsep tersebut di atas, maka sudah bisa dipastikan tafsir-tafsir Al-Qur'an perdana (seperti: Tafsir AthThabari, Qurthubi, Ibnu Katsir dan lainnya) dinyatakan sebagai bagian dari Al-Qur'an itu sendiri. Ini berarti, mencampur-adukkan wahyu Ilahi dengan teks buatan manusia. Namun hal tersebut tidak pernah terjadi dalam ajaran Islam. Begitu juga dengan sunah nabawiyah (segala sesuatu yang bersumber dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam baik berupa perkataan, perbuatan atau diamnya beliau), bukanlah termasuk dari ayat-ayat Al-Qur'an. Bahkan sunah nabawiyah tersebut telah digolongkan dalam suatu cabang ilmu terpisah yang dapat diteliti, diperdalam dan diuji keabsahannya. Sampai-sampai sunah nabawiyah itu dapat digolong-golongkan berdasarkan kepada mutawatir atau tingkatan lainnya oleh para ulama dan agamawan Islam.
Pada umumnya, kejadian seperti ini bukanlah sebuah keanehan dalam pemikiran Kristen. Karena Injil-injil itu sendiri ditulis tanpa adanya wahyu dari langit (karena kata "wahyu" tidak disebutkan sama sekali dalam keempat Injil yang menyatakan cara penulisan Injil-injil tersebut). Bahkan Injil-injil ini ditulis dalam bentuk cerita yang mencerminkan pandangan sang penults terhadap kejadian yang berlangsung pada saat kehidupan Yesus. Ini dapat terlihat dengan jelas dalam surat Lukas (Injil Lukas). Injil Lukas, tak ubahnya seperti sebuah surat yang ditulis oleh "Lukas" kepada seseorang yang bernama Teofilus (At-Tafsir At-Tathbiqi tidak menyebutkan hubungannya dengan Lukas) untuk menceritakan kepadanya kejadian yang dilihat pada saat itu, seperti yang ada dalam pembukaan Injilnya yang mengatakan,
Jika kita berbicara mengenai surat Paulus, kita tidak menemukan kata "wahyu", kecuali hanya sekali (Roma 11: 4). Itu pun karena dia berbicara tentang Nabi Elia, bukan tentang dirinya sendiri. Apakah para pembohong ini memperhatikan hal tersebut? Ketahuilah, bahwa seorang rasul sudah seharusnya dibimbing oleh wahyu Tuhan yang benar dalam setiap ucapannya. Firman Allah,
"Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Maka apakah kamu tidak menukirkan(nya)?" (Al-An'am:50)
Saya sangat berharap para pembohong ini mau membaca ayat-ayat di atas berulang kali, sehingga mereka sadar akan kebenaran yang mereka yakini dan mengetahui apa sebenarnya esensi wahyu Tuhan yang benar itu. Oleh karena itu, permasalahan agama adalah permasalahan ilmiah yang dapat dicerna oleh akal dan logika, bukan permasalahn yang dipenuhi dengan kebodohan dan kejahilan. "Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?"
Renungan
Seperti yang telah kita lihat -pada alenia-alenia di atas- bahwa Paulus, hanyalah salah seorang penyebar Injil, atau malah merupakan salah seorang penafsir Injil perdana. Dia pun mengakui hal itu secara terang-terangan, dan juga mengakui bahwa dia tidak berbicara atas nama wahyu yang turun dari langit, melainkan berbicara atas dasar kebudayaan yang dianutnya yang berkembang pada saat itu (tanpa melihat kebodohannya, yang diakuinya sendiri). Dan, yang kita ketahui -sekarang ini- bahwa Paulus telah menulis empat belas surat (jika kita menganggap dialah penulis surat kepada kaum Ibrani itu), yang telah dimasukkan seluruhnya ke dalam Alkitab, yang nantinya -melalui keputusan Dewan Tinggi Gereja- dinyatakan sebagai dasar ajaran Kristen dalam formatnya sekarang ini. Pauluslah yang menentukan ketuhanan Al-Masih, dia juga yang menyatakan Al-Masih anak Tuhan (Trinitas), dia juga yang mengatakan adanya kesalahan fatal, serta yang mengatakan tentang pengorbanan dan salib, dan pemyataan lainnya. Inilah bentuk ajaran Kristen yang tidak lagi bersandarkan pada Al-Masih, akan tetapi bersandarkan pada Paulus.
Pertanyaan yang terlontar sekarang!
Pertama: Bagaimana mungkin seorang agamawan Kristen membiarkan Tafsiran Paulus (surat-surat Paulus) itu menyusup ke dalam Alkitab (tanpa melihat kebenarannya) dan menganggap tafsiran tersebut (surat-surat Paulus itu) sebagai bagian pelengkap dan penyempuma agama Kristen?
Kedua: Bagaimana mungkin para agamawan Kristen membiarkan pandangan Paulus terhadap agama Kristen, sebagai satu-satunya pandangan yang benar bagi ajaran Kristen, serta memaksakannya kepada semua orang (pandangan yang memformat ajaran Kristen seperti sekarang ini). Bahkan pandangan Paulus tersebut melarang orang-orang memandang Al-Masih dengan pandangan yang sebenamya!
Ketiga: Apakah pandangan Paulus itu benar dalam memahami dan menafsirkan ajaran Kristen?
Kita perhatikan disini, seandainya para ulama Islam mengikuti konsep tersebut di atas, maka sudah bisa dipastikan tafsir-tafsir Al-Qur'an perdana (seperti: Tafsir AthThabari, Qurthubi, Ibnu Katsir dan lainnya) dinyatakan sebagai bagian dari Al-Qur'an itu sendiri. Ini berarti, mencampur-adukkan wahyu Ilahi dengan teks buatan manusia. Namun hal tersebut tidak pernah terjadi dalam ajaran Islam. Begitu juga dengan sunah nabawiyah (segala sesuatu yang bersumber dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam baik berupa perkataan, perbuatan atau diamnya beliau), bukanlah termasuk dari ayat-ayat Al-Qur'an. Bahkan sunah nabawiyah tersebut telah digolongkan dalam suatu cabang ilmu terpisah yang dapat diteliti, diperdalam dan diuji keabsahannya. Sampai-sampai sunah nabawiyah itu dapat digolong-golongkan berdasarkan kepada mutawatir atau tingkatan lainnya oleh para ulama dan agamawan Islam.
Pada umumnya, kejadian seperti ini bukanlah sebuah keanehan dalam pemikiran Kristen. Karena Injil-injil itu sendiri ditulis tanpa adanya wahyu dari langit (karena kata "wahyu" tidak disebutkan sama sekali dalam keempat Injil yang menyatakan cara penulisan Injil-injil tersebut). Bahkan Injil-injil ini ditulis dalam bentuk cerita yang mencerminkan pandangan sang penults terhadap kejadian yang berlangsung pada saat kehidupan Yesus. Ini dapat terlihat dengan jelas dalam surat Lukas (Injil Lukas). Injil Lukas, tak ubahnya seperti sebuah surat yang ditulis oleh "Lukas" kepada seseorang yang bernama Teofilus (At-Tafsir At-Tathbiqi tidak menyebutkan hubungannya dengan Lukas) untuk menceritakan kepadanya kejadian yang dilihat pada saat itu, seperti yang ada dalam pembukaan Injilnya yang mengatakan,
[1] Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita
tentang persitiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita. [2] Seperti yang
disampaikan kepada kita oleh mereka yang dari semula adalah saksi mata dan
pelayan Firman. [3] Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu
dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya
dengan teratur bagimu, [4] supaya engkau dapat mengetabui, bahwa segala sesuatu
yang diajarkan kepadamu sungguh benar. [5] Pada Zaman Herodas, Raja Yudea,
adalah seorang imam bernama Zakharia dari rombongan Abia. Isterinya juga berasal
dari keturunan Harun, namanya Elisabet. (Lukas 1:1-5)
Bahwa Injil Lukas (Injil ketiga dari
Alkitab) mirip dengan sebuah cerita (yang diriwayatkan oleh Lukas) atas kejadian
yang terjadi pada saat itu tentang kehidupan Yesus. Inilah bentuk penulisan
Injil yang sama dengan injil lainnya -yang diriwayatkan oleh
Matius,
Markus, dan Yohanes- yaitu penulisan kisah suatu kejadian yang berlangsung
pada saat Yesus hidup, sesuai dengan riwayat sang penulis, tanpa melalui wahyu.
Dan tidak disebutkan kata "wahyu" secara jelas di keempat Injil tersebut,
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Telah sama-sama diketahui bahwa
penulisan injil dimulai antara tahun 70 dan tahun 115, dan tidak seorang pun
dari para penulis Injil itu mengenal Yesus Al-Masih atau mendengar
pembicaraannya. Begitu pula, Injil pertama kali ditulis dengan bahasa Yunani,
padahal Yesus berbicara dengan bahasa Aramaik.
Di sisi lain, saat kita melihat ke wahyu dalam pemikiran Al-Qur'an (Perjanjian Terbaru), maka kita akan mendapatkan bahwa wahyu teriihat sangat jelas. Tidak ada percampuran ayat dan misteri di dalamnya. Allah Azza wa Jalla berfirman kepada Rasul-Nya,
Di sisi lain, saat kita melihat ke wahyu dalam pemikiran Al-Qur'an (Perjanjian Terbaru), maka kita akan mendapatkan bahwa wahyu teriihat sangat jelas. Tidak ada percampuran ayat dan misteri di dalamnya. Allah Azza wa Jalla berfirman kepada Rasul-Nya,
"Dan ikutilah apa yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al-Ahzab: 2)
Konsep wahyu bukanlah pemikiran yang
baru dalam agama Islam, akan tetapi merupakan bentuk hubungan antara Allah dan
para Rasul-Nya, sama seperti hubungan antara langit dan bumi. Oleh karena itu,
Allah berfirman kepada Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam agar mengatakan
kepada umat manusia,
"Katakanlah: Aku bukanlah rasul yang pertama di antara
rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan
tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan
kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang terang."
(Al-Ahqaf:9)
Arti rasul dan risalah itu sendiri
berbeda di dalam Al-Qur'an, Allah berfirman,
"Dan Kami turunkan Al-Qur 'an dengan sebenar-benamya dan
Al-Qur'an itu telah turun dengan (membawa) kebenaran. Dan Kami tidak mengutus
kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan."
(Al-Israa': 105)
Inilah bahasan singkat tentang
wahyu.
Wassalaam.
Wassalaam.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar