Nabi Muhammad mewanti umatnya bahwa fitnah adalah hal yang lumrah di akhir zaman. Terlebih dengan semakin dekatnya waktu dajjal keluar dan menampakkan dirinya di hadapan manusia. Fitnah ini salah satunya bersifat memutar balikkan fakta. Nabi Muhammad saw memperingatkan bahwa surganya dajjal adalah nerakanya Allah, dan nerakanya Allah adalah surganya dajjal. Umat muslim diajarkan untuk selalu berdo'a dari fitnah akhir zaman ini di setiap sholatnya; "Allahumma inni a'uudzubika min 'adzaabil qobri wa min 'adzaabi jahannama wa min syarri fitnatil mahyaa wal mamaati wa min syarri fitnatil masiihi d dajjal."
Salah satu bentuk fitnah akhir zaman adalah membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar, inilah yang kita bahas di sini. Saya membaca sebuah situs (yang sebenarnya merupakan situs absurd & penyebar fitnah), dalam situs tersebut, salah satu artikelnya mendiskreditkan eksistensi dan esensi Malaikat Jibril, hal ini sangatlah muhim dibahas karena mendiskreditkan Malaikat Jibril berarti juga mendiskreditkan Al-Qur'an dan Nabi Muhammad saw. Sebenarnya, menurut saya situs penebar fitnah tersebut mudah sekali dibantah bahkan, sebelum dibantah pun artikel-artikel fitnah di dalamnya sudah batal secara keyakinan mereka (para penulis) sendiri. Kenapa? Satu pertanyaan besar, bagaimana mungkin mereka mengutip ayat-ayat Al-Qur'an sedangkan mereka sendiri tidak mengimani Al-Qur'an. Namun, demi penjelasan, maka mari kita bantah fitnah mereka yang sangat ngawur tersebut.
Dalam keyakinan umat Islam, Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur selama lebih dari 22 tahun. Nabi Muhammad SAW menerima wahyu bukanlah secara langsung seperti Nabi Musa AS menerima Taurat, namun melalui seorang perantara, yaitu melalui Malaikat Jibril. Malaikat Jibril menyampaikan wahyu pertama kali pada saat Nabi Muhammad SAW beribadah menyendiri dalam sebuah gua. Malaikat Jibril yang menjadi kunci utama penyampaian wahyu dianggap oleh misionaris Kristen sebagai satu-satunya yang mungkin menjadi jaminan apakah Al-Qur’an benar-benar firman Allah SWT. Hal pertama yang dipersoalkan oleh misionaris Kristen adalah keberadaan nama Ruhul Qudus dalam Al-Qur’an. Nama Ruhul Qudus dalam Al-Qur’an, ternyata adalah nama lain dari Malaikat Jibril, padahal dalam keyakinan agama Kristen, Roh Kudus diyakini sebagai pribadi Tuhan ketiga setelah Bapa dan Yesus. Kesamaan tugas Jibril dan Ruhul Qudus sebagai penyampai firman Allah SWT adalah bukti Ruhul Qudus adalah nama lain dari Malaikat Jibril, sebagaimana anda dapat baca dalam ayat-ayat dan Hadits Shahih di bawah ini;
Katakanlah: "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. (Al-Baqarah: 97)
Katakanlah: "Ruhul Qudus menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." (An-Nahl: 102)
Dalam sebuah hadis Shahih Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Wahai Hassan, cacilah kaum Musyrikin (dengan sya'irmu), sesungguhnya Jibril bersamamu atau Ruhul Qudus bersamamu.”
Di dalam Injil Kristen, terdapat ayat-ayat yang mengisahkan Malaikat Gabriel yang mendatangi Nabi Zakharia dan Maria kemudian memperkenalkan dirinya pada mereka. Hal tersebut kemudian seolah dijadikan syarat oleh misionaris Kristen, bahwa Malaikat Jibril harus datang dengan memperkenalkan diri kepada Nabi Muhammad SAW sebagaimana kedatangan Gabriel dalam Bibel Perjanjian Baru. Walaupun Malaikat Jibril tidak memperkenalkan diri kepada Nabi Muhammad SAW pada saat kali pertama bertemu, itu bukanlah sesuatu yang penting, karena Nabi Muhammad SAW dapat mengenalnya di kemudian hari melalui ilham yang Allah SWT pancarkan ke dalam hati Nabi Muhammad SAW. Lagi pula, tidak harus seorang Malaikat memperkenalkan namanya saat menemui seseorang. Contoh ayatnya ada banyak, tapi di sini saya akan berikan satu ayat saja, Coba sekarang anda baca Matius 1: 20, di mana ketika Yusuf mempertimbangkan akan menceraikan Maria, Yusuf bermimpi di datangi oleh seorang Malaikat yang mengatakan kepadanya; “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka”. apakah si Malaikat yang datang menemui Yusuf memperkenalkan dirinya? Tidak! Jika dalam Bibel Perjanjian Baru saja Malaikat tidak selalu menyebutkan nama saat menemui seseorang, bagaimana misionaris Kristen mau mempermasalahkan Malaikat Jibril yang tidak memperkenalkan dirinya kepada Nabi Muhammad SAW saat kali pertama bertemu?
Walaupun tidak dapat ditentukan dengan pasti sejak kapan Nabi Muhammad SAW mengetahui Malaikat yang menemuinya di gua bernama Jibril. Namun dengan sangat meyakinkan, dengan melihat banyaknya kesamaan antara ajaran Nabi Muhammad SAW dan Nabi-nabi terdahulu, yang terdapat dalam Al-Qur’an atau pun dalam Bibel, dapat dipastikan, sosok yang menemui Nabi Muhammad SAW di gua Hira adalah Malaikat utusan Tuhan. Kesamaan ajaran yang saya maksud adalah ajaran tentang keesaan Tuhan, mengharamkan darah dan babi, puasa, sunat, tentang kiamat, dan masih banyak lagi ajaran Islam yang tidak dapat saya sebutkan di sini. Ketika telah diketahui dengan pasti yang menemui Nabi Muhammad adalah Malaikat utusan Tuhan, bukankah nama sudah bukan lagi sesuatu yang penting untuk diketahui?
Selain itu, Misionaris Kristen menyebut munculnya nama-nama lain Malaikat Jibril, seperti Namus, Ruh, Ruhul Qudus, Ruhul Al-Amin adalah karena kegamangan dan keragu-raguan Nabi Muhammad SAW terhadap sosok yang menjadi penyampai wahyu. Anggapan tersebut sama sekali tidak benar, karena bagaimana mungkin Nabi Muhammad SAW dapat dikatakan gamang dan ragu-ragu jika beliau sering kali menyebut nama Jibril di sepanjang hidupnya. Bermacam-macam sebutan untuk Malaikat Jibril sebenarnya bukanlah sesuatu yang aneh, karena dalam Islam bukan hanya Malaikat Jibril saja yang memiliki bermacam nama. Misalnya, Allah SWT memiliki 99 nama di antaranya: Rahman, Rahim, Malik, Quddus, Salam, dll. Al-Qur’an memiliki 20 nama lain, diantaranya: Kitab, Kalam, Nur, Hudan, Rahmah, dll. Nabi Muhammad SAW juga memiliki nama lain, yaitu: Ahmad, Qasim, ‘Aqib, dll.
Misionaris Kristen berkata bahwa Muhammad tidak mengenal dan tidak pernah menguji, siapakah ruh yang mencekiknya di Gua Hira. Dia merasa bingung apakah ruh itu berasal dari Tuhan atau setan. Sebab tidak memperkenalkan namanya, juga tidak menyapa Muhammad dengan nama. Berbeda dengan yang dilakukan Tuhan Yahwe ketika pertama kali menyapa Musa, Zakharia dan Maria. Masing-masing disapa dengan namanya, sebagai bukti Tuhan Maha-tahu. Sebaliknya, ruh di Gua Hira itu hanya mencekik dan memaksa Muhammad dengan seruan “Iqra” (bacalah!). Bukankah ruh jahat juga dapat berbuat hal yang persis sama, mencekik dan menteror targetnya, bahkan lebih?
Kapan Nabi Muhammad SAW merasa bingung apakah ruh yang menemuinya berasal dari Tuhan atau setan? Jika Nabi kembali ke rumah dengan rasa gelisah dan ketakutan itu wajar, karena peristiwa itu adalah kali pertama Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Malaikat. Bukankah ketika pertama kali Zakharia bertemu dengan Malaikat Tuhan juga merasa terkejut dan ketakutan (Lukas 1: 11-12)? Dan apakah cukup hanya dengan tahu nama penyampai wahyu, seorang Nabi dapat yakin bahwa ruh itu berasal dari Tuhan? Bukankah menurut Paulus Iblis dapat menyamar menjadi Malaikat terang (2 Korintus 11:14)? Apalagi cuma ngaku-ngaku dengan menyebut nama, itu jauh lebih mudah. Nabi Muhammad SAW dikatakan oleh Misionaris Kristen tidak pernah menguji ruh yang datang kepadanya. Pertanyaan saya, apakah Maria, Zakharia dan seluruh Nabi-nabi yang pernah muncul namanya dalam Bibel pernah menguji ruh yang datang pada mereka? Sepanjang pengetahuan saya, Maria, Zakharia dan seluruh Nabi-nabi dalam Bibel juga tidak pernah menguji ruh yang datang pada mereka. Mereka hanya menerima saja pengakuan ruh tersebut dan tidak tidak ada usaha untuk mengujinya. Misionaris Kristen menyebut bahwa Malaikat Jibril mencekik dan memaksa Nabi Muhammad SAW, ini tidak benar! Saya tidak pernah menemukan dalam hadis-hadits sahih Nabi Muhammad SAW di cekik dan dipaksa Malaikat Jibril untuk mengikuti ucapannya, sumber yang digunakan Misionaris berasal dari hadis-hadits palsu yang terdapat pada situs-situs penghujat Islam.
Bohong besar jika Misionaris Kristen mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak mengenal nama Malaikat penyampai wahyu selama beliau SAW tinggal di Mekkah dan baru mengetahuinya setelah hijrah ke Madinah. Nabi Muhammad SAW telah mengenal nama Malaikat yang menyampaikan wahyu ketika Nabi berada di Mekkah, buktinya dapat anda baca pada hadis sahih dibawah ini;
Telah mengabarkan kepada kami Ishaq bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah telah menceritakan kepada kami Al A'masy dari Abu Sufyan dari Anas bin Malik ia berkata; Jibril datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika beliau sedang duduk sedih berlumuran darah disebabkan perlakuan orang-orang kafir Quraisy Makkah, lalu jibril berkata: wahai Rasulullah apakah baginda ingin saya perlihatkan tanda (kekuasaan Subhanahu wa Ta'ala) Rasul menjawab: 'ya': lalu beliau melihat sebuah pohon di belakangnya, jibril mengatakan: panggillah pohon tersebut, maka beliau memanggilnya dan pohon itu datang serta berdiri di hadapan beliau, kemudian Jibril berkata: "Perintahkan untuk kembali". Maka beliau memerintahkannya untuk kembali dan pohon itupun kembali (ke tempat asalnya) Rasulullah berkata: cukup-cukup. (Darimi: 23)
Misionaris Kristen tidak bersedia menerima sumber Hadits Shahih yang banyak memuat nama Malaikat Jibril dengan beralasan bahwa Hadits adalah tambahan setelah Al-Qur’an yang muncul 200 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Namun anehnya, Misionaris Kristen dapat menerima Hadits palsu yang meriwayatkan Malaikat Jibril mencekik dan memaksa Nabi Muhammad SAW untuk menirukan ucapannya.
Menjawab Pertanyaan
Jibril dan Gabriel apakah sama?
Gabriel adalah nama dari Malaikat yang pernah mendatangi Nabi Zakharia, Maryam atau Maria untuk menyampaikan firman Allah tentang kelahiran Yohanes pembaptis dan Isa AS atau Yesus. Sedangkan Jibril adalah nama Malaikat yang menyampaikan firman Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Melihat tugas Jibril dan Gabriel yang sama, yaitu sebagai penyampai wahyu, saya berkesimpulan bahwa Jibril dan Gabriel adalah nama dari Malaikat yang sama.
Benarkah Jibril itu Rohul qudus? Sementara Gabriel dalam Alkitab bukan Roh Kudus?
Saya berpendapat Jibril dalam Al-Qur’an dan Gabriel dalam Bibel adalah Malaikat yang sama, hanya berbeda sedikit dalam pengejaan nama. Oleh karena Jibril dan Gabriel adalah sama, maka Gabriel yang di sebut dalam Bibel adalah juga Roh Kudus, itu pendapat saya, tentu berbeda dengan pendapat umat Kristen.
Mengapa Al-Quran diwahyukan pada Muhammad harus memakai perantara Jibril? Sebelumnya, bukankah Tuhan bersabda secara langsung pada para nabi-Nya?
Allah SWT berbicara dengan manusia dengan jalan wahyu, dibalik tabir, mengutus seorang Malaikat (Asy Syuura: 51) dan lewat jalan mimpi (Ash Shaaffaat: 102-105).
Dan tidak mungkin bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir[1347] atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana. (Asy Syuura: 51)
[1347]. Di belakang tabir artinya ialah seorang dapat mendengar kalam Ilahi akan tetapi dia tidak dapat melihat-Nya seperti yang terjadi kepada Nabi Musa a.s.
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapat mu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu[1284] sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik (Ash Shaaffaat: 102-105).
[1284]. Yang dimaksud dengan membenarkan mimpi ialah mempercayai bahwa mimpi itu benar dari Allah s.w.t. dan wajib melaksanakannya.
Pengutusan Malaikat untuk menyampaikan firman Tuhan kepada para Nabi, juga akan anda temukan dalam Bibel Perjanjian Lama jika anda membacanya dengan teliti. Misalnya ketika Malaikat Tuhan menghalau Bileam bin Beor yang hendak mengutuk bangsa Israel yang telah diberkati Tuhan. Bileam bin Beor yang memukul keledainya, ditegur oleh Tuhan melalui firman-Nya yang disampaikan oleh malaikat;
Berfirmanlah Malaikat TUHAN kepadanya: "Apakah sebabnya engkau memukul keledaimu sampai tiga kali? Lihat, Aku keluar sebagai lawanmu, sebab jalan ini pada pemandangan-Ku menuju kepada kebinasaan. (Bilangan 22:32)
Malaikat Tuhan juga pernah menjadi penyampai firman kepada seorang Nabi bernama Gideon, yang dalam firman tersebut Nabi Gideon diajarkan untuk melakukan persembahan kepada Tuhan;
Berfirmanlah Malaikat Allah kepadanya: "Ambillah daging dan roti yang tidak beragi itu, letakkanlah ke atas batu ini, dan curahkan kuahnya." Maka diperbuatnya demikian. (Hakim-Hakim 6:20)
Malaikat juga pernah menemui Elia untuk menyampaikan firman Tuhan untuk segera menemui utusan-utusan raja Samaria dan mengatakan seperti yang diperintahkan Tuhan;
Tetapi berfirmanlah Malaikat TUHAN kepada Elia, orang Tisbe itu: "Bangunlah, berangkatlah menemui utusan-utusan raja Samaria dan katakan kepada mereka: Apakah tidak ada Allah di Israel, sehingga kamu ini pergi untuk meminta petunjuk kepada Baal-Zebub, allah di Ekron? (2 Raja-Raja 1:3)
Masih banyak sekali ayat-ayat seperti di atas akan anda temukan terdapat dalam Bibel Perjanjian Lama. Jadi, sangat bodoh sekali misionaris Kristen apabila mengatakan Tuhan hanya berfirman secara langsung kepada para Nabi dan tidak pernah mengutus Malaikat untuk menyampaikan firman-Nya.
Kita membaca, Isa Al-Masih yang dikandung dari Kalimat dan Roh Allah senantiasa diperkuat Rohul qudus / Jibril (Qs 4:171; 5:110). Sedangkan Nabi Yahya semasa bersama Isa Al-Masih tentu juga diwahyui Roh Jibril yang sama. Jadi, apakah Jibril bisa berada dalam Isa dan Yahya sekaligus?
Nabi Yahya AS memang hidup semasa dengan Nabi Isa AS, tapi jangan lupa, wilayah dakwah mereka hanya terbatas di daerah Yerusalem dan sekitarnya. Teramat mudah bagi Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu kepada ke dua Nabi tersebut di waktu yang hampir bersamaan. Ini di sebabkan karena Malaikat Jibril memiliki kemampuan untuk menempuh jarak yang sangat jauh dalam waktu sangat cepat. Bayangkan, Malaikat Jibril apabila naik menghadap Allah SWT hanya butuh waktu satu hari, satu hari tersebut kadarnya sama dengan lima puluh ribu tahun bagi manusia, sebagaimana anda dapat baca pada ayat di bawah ini;
Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.[1510] (Al Ma´aarij: 4)
[1510]. Maksudnya: malaikat-malaikat dan Jibril jika menghadap Tuhan memakan waktu satu hari. Apabila dilakukan oleh manusia, memakan waktu limapuluh ribu tahun.
Maryam, ketika sedang mengandung Isa dalam rahimnya (keduanya disertai Roh Allah / Rohulqudus / Jibril) masih dikunjungi oleh “Jibril lain” yang berseru kepadanya dari luar rahimnya, yaitu “dari tempat yang rendah” (Qs 19:24).
Jadi Jibril mana lagi yang bisa sekaligus ada di dalam dan di luar rahim Maryam, juga sekaligus berada dalam Isa dan Yahya?
Jibril di dalam rahim Maryam? Jibril tidak pernah berada di dalam rahim Maryam. Jibril hanya bertugas menyampaikan berita gembira kepada Maryam bahwa dirinya akan memperoleh anak dan kemudian meniupkan ruh kepada Maryam yang membuatnya hamil. Kemungkinan besar misionaris Kristen keliru memahami firman Allah SWT yang ada di surah Al Anbiyaa': 91 atau At Tahrim: 12, yang menyebut Allah SWT meniupkan ruh. Misionaris mengira, ruh yang ditiupkan tersebut adalah Malaikat Jibril. Padahal, ruh yang di maksud adalah ruh biasa, ruh sebagaimana yang ada pada diri manusia.
Ayat-ayat Qur’an yang dipermasalahkan
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit." (Al Israa': 85)
Ayat di atas diturunkan terkait pertanyaan sekelompok orang Yahudi kepada Nabi Muhammad SAW tentang ruh. Tetapi ruh yang dimaksud atau yang ditanyakan oleh sekelompok orang Yahudi pada ayat di atas bukanlah ruh dalam pengertian Malaikat, namun ruh yang dimaksud adalah arwah anak cucu Adam. Karena jika yang dimaksud oleh sekelompok orang Yahudi adalah Malaikat, Allah SWT tidak akan menurunkan ayat dengan kalimat;“Roh itu termasuk urusan Tuhan ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”, Tapi bisa dijelaskan dengan lebih gamblang seperti pada ayat-ayat Al-Qur’an lainnya yang menjelaskan tentang Malaikat atau dijelaskan penciptaan Malaikat seperti dalam Hadits dibawah;
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rafi' dan Abdu bin Humaid, berkata Abdu: Telah mengkhabarkan kepada kami, sedangkan Ibnu Rafi' berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaq telah mengkhabarkan kepada kami Ma'mar dari Az Zuhri dari Urwah dari Aisyah berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api yang menyala-nyala dan Adam diciptakan dari sesuatu yang telah disebutkan (ciri-cirinya) untuk kalian." (Muslim: 5314)
Jadi sangat salah apabila ayat di atas di anggap oleh Misionaris Kristen sebagai cara Nabi Muhammad SAW menutupi ketidakpastian tentang ruh yang menemui Nabi untuk menyampaikan wahyu.
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayatNya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat, (Al-Hajj: 52-53)
Tuduhan adanya ayat-ayat setan dalam Al-Qur’an sudah sangat sering dituduhkan dan pihak Muslim telah banyak memberikan jawaban. Oleh karena itu, saya hanya akan menjawabnya dengan memberikan Link yang dapat menjadi sanggahan, bisa anda baca di sini atau di sini
Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu. Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu temasuk orang-orang yang ragu-ragu. (Yunus: 94)
Pada ayat di atas Nabi Muhammad SAW disarankan agar bertanya kepada Ahli Kitab tentang kisah Bani Israel yang diwahyukan Allah SWT kepadanya jika Nabi ragu-ragu. Namun, Nabi Muhammad SAW tidak pernah tidak pernah ragu-ragu dan oleh karenanya tidak pernah bertanya kepada Ahli Kitab. Sebagaimana telah diriwayatkan oleh Qatadah bin Di’amah yang berkata, telah sampai kepada kami bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Aku tidak ragu dan aku tidak bertanya.”
Menguji Roh? Caranya?
Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh anti kristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia. (1Yohanes 4:1-3)
Bibel Perjanjian Baru menghendaki untuk menguji Roh, apakah ia berasal dari Allah ataukah tidak. Bahan uji yang digunakan adalah dengan melihat apakah Roh tersebut mengaku bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah. Roh yang datang dan tidak mengaku Yesus tidak berasal dari Allah bukanlah dari Allah. Dipahami seperti apapun kata “Roh” yang dimaksud 1Yohanes 4:1-3, sebagai Malaikat atau Nabi, sudah seharusnya umat Kristen tidak lagi ragu atas kebenaran kenabian Muhammad SAW, karena Al-Qur’an yang diturunkan melalui Malaikat Jibril telah mengakui bahwa Isa AS adalah benar datang dari Allah SWT, sebagai Nabi Allah SWT dan Rasul Bani Israel. Anda akan banyak menemukan bukti pengakuan Al-Qur’an bahwa Isa AS adalah Nabi dan Rasul Allah SWT, sebagaimana sebagian ayat-ayat Al-Qur’an yang saya kutip di dibawah ini:
(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat[195] (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), (Ali ‘Imran: 45)
Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nyalah kami menyerahkan diri." (Ali ‘Imran: 84)
Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani lsrail (Az Zukhruf: 43)
Kesimpulan
Misionaris Kristen hendak membuat ragu hati umat Islam dengan menyatakan bahwa mungkin sekali yang menemui Nabi Muhammad SAW di gua Hira bukanlah Malaikat Jibril. Argumentasi yang misionaris gunakan adalah berkisar tentang nama Jibril yang tidak diketahui namanya oleh Nabi Muhammad SAW di awal penyampaian wahyu. Argumentasi Misionaris Kristen tersebut saya nilai cacat. Cacat karena bagaimana mungkin kita meyakini suatu Roh datang dari Tuhan hanya karena mengaku namanya Jibril? Bagaimana kita tahu pengakuannya adalah benar? Umat Islam meyakini Roh yang mendatangi Nabi Muhammad SAW di gua Hira adalah utusan Tuhan bukan dengan penyebutan nama, melainkan dengan melihat ajaran yang disampaikan Roh tersebut ternyata tidak bertentangan dengan ajaran para Nabi, baik para Nabi yang ada dalam Al-Qur’an atau pun para Nabi yang ada dalam Taurat, bahkan tidak sedikit ajarannya yang berkesesuaian dengan ajaran para Nabi, itulah cara uji umat Islam.
Dengan standar yang sama, umat Kristen menerima pengakuan Paulus bahwa dirinya bertemu dengan Yesus ketika bersama teman-temannya hendak ke Yerusalem, hanya dengan sebuah pengakuan oleh sosok yang mengatakan dirinya Yesus, Paulus melenggang dengan bebas masuk dalam jajaran para Rasul. Padahal, apa yang diajarankan oleh Paulus yang dikatakannya dari sosok Yesus yang dijumpainya, sangat jauh berbeda dengan ajaran Yesus sebelum terangkat ke Surga. Yesus tidak mengabarkan Injil di luar bangsa Israel tetapi Paulus mengajarkan Injil ke luar bangsa Israel, Yesus mengajarkan untuk menjalankan hukum Taurat sementara itu Paulus justru meninggalkan hukum Taurat, dll. Standar umat Kristen tersebut tanpa disadari, telah merusak ajaran asli Yesus Kristus.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar