KONTROVERSI SEPUTAR TRINITAS (Melengkapi Bagian 1)

Diposting oleh BreakEver on Senin, 29 Februari 2016

Banyak hal sudah terjadi pada masa lalu sehubungan dengan perbedaan sudut pandang terhadap konsep Trinitas yang berakhir dengan pembantaian terhadap mereka yang menolak doktrin tersebut.

Berikut beberapa tokoh anti-Trinitas yang hidupnya harus berakhir secara mengenaskan itu.

1. Iranaeus (130-200 M), dia lahir disaat ajaran Kristen Antiokia sudah menyebar ke Afrika Utara, Spanyol hingga ke Prancis Selatan. Tidak banyak catatan sejarah mengenai asal-usul dan kedewasaannya, sejarah mulai mencatat masa dimana Iranaeus membawa surat petisi dari Uskup Lyons Pothinus kepada Paus Elutherus di Roma.

Petisi itu berupa permohonan Pothinus kepada Paus untuk menghentikan pengejaran, penyiksaan dan pembunuhan terhadap orang-orang Kristen yang tidak menyetujui doktrin gereja Pauline.

Ketika masih berada di Roma, Iranaeus mendapat berita bahwa semua orang Kristen yang tidak sepaham dengan Paulus yang ada di Lyons Antiochia termasuk uskup Pothinus sendiri telah tewas dibunuh. Dan pada waktu kembali ke Lyons, Iranaeus menggantikan Ponthinus untuk menjabat sebagai uskup dinegrinya.

Ditahun 190 M, Iranaeus sendiri menulis surat kepada Paus Victor agar menghentikan pembantaian terhadap orang-orang Kristen yang dibunuh karena keyakinan mereka yang berbeda dengan keyakinan gereja Paulus.

Cerita lama kembali terulang, Iranaeus sendiri terbunuh pada tahun 200 M karena tidak bersedia mengikuti keyakinan Paus, Iranaeus hanya beriman dan mengakui kepada satu Tuhan, yaitu Allah, dan dia mendukung pengajaran kemanusiaan Jesus yang diangkat oleh Allah menjadi utusan-Nya.

Iranaeus banyak melakukan kritikan terhadap Paulus karena dianggapnya sebagai orang yang paling bertanggung jawab didalam memasukkan doktrin-doktrin dari agama berhala dan filsafat Plato kedalam ajaran sejati Jesus.

Didalam bukunya, "Universalism The Prevailing Doctrine Of The Christian Church During Its First Five Hundred Years" ditulis oleh J.W. HANSON, D. D menyatakan mengenai Iranaeus ini sebagai berikut :

In a germinal form of the Apostle's Creed, Irenæus, A.D. 180, says that the judge, at the final assize, will cast the wicked into aionian fire. It is supposed that he used the word aionian, for the Greek in which he wrote has perished, and the Latin translation reads, "ignem aeternum."

2. "Tertullian" (160-220 M), dia adalah seorang penduduk asli Carthage (Kartago).
Tertullian sebagaimana juga dengan Iranaeus, meyakini ke-Esaan Allah dan mengidentifikasikan Jesus sebagai juru selamat (Messiah) bangsa Yahudi. Dia menentang Paus Callistus karena mengajarkan "dosa asal" telah diampuni setelah melaksanakan penebusan dosa resmi dibawah gereja.

Tertullian menekankan tentang kesatuan jiwa dan eksistensi dan mengatakan bahwa orang-orang yang sehat akalnya pasti meyakini bahwa Jesus hanyalah manusia belaka.

Paus Callistuslah yang memperkenalkan istilah "Trinitas" kedalam tulisan-tulisan "ecclesiastical" (gerejawi) Latin ketika ia membahas doktrin baru yang aneh tersebut. Istilah Trinitas sendiri sama sekali tidak pernah digunakan dalam kitab-kitab suci.

3. "Origen" (185-254 M). Ayahnya bernama "Leonidas" dan mendirikan pusat pendidikan teologi dengan mengangkat seorang guru Teologi terkemuka bernama Clement sebagai kepala lembaga tersebut. Origen sendiri mendapatkan pendidikan ditempat itu.

Leonidas adalah seorang pengikut Kristen Apostolik, yaitu ajaran monotheisme (ke-Esaan Tuhan) dan mengakui kehambaan dari Jesus.

Sebagaimana kita tahu, gereja Paulus tidak mau menerima kepercayaan seperti yang dipegang oleh Leonidas ini, dan sebagai konsekwensinya pada tahun 208 Leonidas tewas dibunuh oleh orang-orang Paus.

Karena merasa dirinya juga terancam, Clement segera meninggalkan Alexandria. Dan sebagai gantinya, Origen meneruskan kepemimpinan Clement sebagai kepala sekolah Teologi.

Pada tahun 230 M, Origen dinobatkan sebagai seorang Pendeta di Palestina, namun karena Origen telah mengajarkan konsep Monotheisme didalam gereja, Uskup Demerius akhirnya memecat Origen dan mengusirnya dari gereja (persis seperti yang dinubuatkan Jesus dalam Yoh 16:1-3 -pen).

Origen mengungsi ke Caesarea dan mendirikan pusat pendidikan Teologi ditempat itu pada tahun 231 M yang akhirnya membawa nama harum kepadanya.

Jerome, seorang penulis Injil pertama dalam bahasa Latin, pada mulanya merupakan orang yang sangat mendukung Origen, namun akhirnya Jerome berbalik kepada gereja Paulus dan menarik garis permusuhan terhadap Origen.

Jerome berusaha agar Origen mendapatkan kecaman dan pengadilan dari gereja setempat, namun popularitas Origen terlampau besar dan tidak memungkinkan bagi Uskup John untuk melakukannya, sehingga atas rencananya ini mengakibatkan Jerome sendiri tersingkir dari kalangan gereja.

Namun pada tahun 250 M, Origen dikecam oleh Konsili Alexandria dan dijebloskan kedalam penjara serta mendapatkan penyiksaan yang terus menerus oleh pihak gereja Paulus sehingga mengakibatkan kematiannya pada tahun 254 M.

Origen telah menulis sekitar 600 buah karangan dan risalah. Dia adalah salah seorang yang paling berperan dalam sejarah gereja dan telah gugur sebagai seorang syuhada yang membela ajaran Allah sejati.

Dimasa mudanya sampai menjelang akhir hayatnya, Origen tetap mempertahankan pengajaran ke-Esaan Tuhan (The Unity of God), meyakini bahwa hanya Allah saja yang berkuasa dan Jesus adalah manusia biasa dan hamba Allah, bukan Allah itu sendiri.

4. "Diodorus", seorang Uskup yang berasal dari negri Tarsus, tanah kelahiran Paulus.
Diodorus merupakan tokoh Kristen terkemuka di Antiochia, dia berpendapat bahwa dunia ini selalu berubah-ubah, perubahan itu sudah ada sejak dahulu. Dan itu menunjukkan ada sesuatu yang tetap dibalik perubahan itu.

Lebih jauh lagi, keberagaman eksistensi dan kebijaksanaan yang diperlihatkan dalam setiap proses perubahan itu sendiri, menunjukkan terhadap kesatuan asal yang mendasarinya dan memperlihatkan kehadiran Sang Pencipta dan Pemelihara. Inilah menunjukkannya adanya satu Pencipta Yang Maha Esa.

Diodorus menekankan sifat kemanusiaan secara menyeluruh dalam diri Jesus yang memiliki jiwa manusia dan daging manusia, tidak ada unsur ketuhanan sama sekali.

5. "Lucian", seorang yang dikenal keluasan ilmunya terhadap bahasa Ibrani dan Yunani. Lucian tidak menginduk terhadap salah satu gereja dari tahun 220 sampai 290 M. Pengajaran Lucian adalah Monotheisme, yaitu pengesaan Allah dalam segala bentuk-Nya.

Lucian percaya kepada penafsiran gramatikal dan literal (sesuai dengan bunyi lahir suatu kata) dari kitab-kitab suci (Bible). Dia menentang kecenderungan untuk mencari-cari makna symbolis dan kiasan dari teks-teks Injil, dan percaya kepada suatu pendekatan empiris dan kritis terhadap kitab-kitab tersebut. Dia mengatakan bahwa dengan mencari-cari makna symbolis tersebut, dapat berakibatkan dengan penambahan dan pengurangan pada Injil yang berarti hilangnya kemurnian ajaran Jesus.

Lucian menghilangkan perubahan-perubahan yang terjadi pada kitab Injil yang diterjemahkan kedalam bahasa Yunani (Septuaginta), beliau telah mengadakan revisi terhadap empat Injil yang menjadikannya berbeda dengan Injil-Injil yang dipergunakan oleh gereja Paulus.

Lucian menolak paham trinitas dan sebaliknya begitu menekankan ajaran Tauhid, bahwa hanya Allah saja Tuhan alam semesta yang patut disembah, sedangkan Jesus hanyalah manusia biasa yang diangkat menjadi Utusan-Nya.

Atas sikapnya ini, Lucian menjalani penyiksaan dari pihak gereja Paulus dan dihukum mati pada tahun 312 M.

Perselisihan pendapat terbesar di kalangan pemikir Trinitas yang akhirnya menjadi satu legenda menyangkut dunia ketuhanan Kristen adalah kontroversi 'Aryan Heresy' atau pernyataan anti-trinitas yang dikemukakan oleh Arius (256-336 M).

Arius adalah salah seorang murid utama Lucian berkebangsaan Lybia yang juga pernah bersama-sama dengan gurunya menegakkan Monotheisme, Arius sendiri merupakan seorang presbyter (ketua majelis gereja) digereja Baucalis Alexandria, salah satu gereja tertua dan terpenting dikota itu pada tahun 318 M.

Sejak wafatnya Lucian pada tahun 312 M ditangan orang-orang gereja Paulus, perlawanan Arius terhadap doktrin Trinitas semakin mengkristal, dan dalam perjuangannya ini, Arius justru mendapatkan dukungan dari dua orang saudari Kaisar Constantin yang bernama Constantina dan Licunes.

Arius dianggap sebagai seorang pemberontak Trinitas dengan mempergunakan argumen logika :

"Jika Jesus itu benar-benar anak Tuhan, maka Bapa harus ada lebih dahulu. Oleh karena itu harus ada "masa" sebelum adanya anak. Berarti anak adalah makhluk. Maka dari itu anak tidak selamanya ada atau tidak abadi. Sedangkan Tuhan yang sebenarnya adalah abadi, berarti Jesus tidaklah sama dengan Tuhan."

Atas argumentasi Arius tersebut, sekitar seratus orang Pastur Mesir dan Lybia berkumpul untuk mendengarkan pertanggung jawaban Arius. Dan diwaktu itu juga Arius mengemukakan kembali pemandangannya :

"Ada masa sebelum adanya Jesus, sedangkan Tuhan sudah ada sebelumnya. Jesus ada kemudian, dan Jesus hanyalah makhluk biasa yang bisa binasa seperti makhluk-makhluk lainnya. Tetapi Tuhan tidak akan binasa."

Arius juga memperkuat argumentasinya dengan sejumlah ayat-ayat Bible seperti Yohanes 14:8: "Bapa lebih besar daripada Jesus"; Seandainya kita mengakui bahwa Jesus adalah sama dengan Tuhan, maka kita harus menolak kebenaran ayat Yohanes tersebut.

Argumen Arius ini secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut :

Jika Jesus memang "anak Tuhan", maka akan segera disertai pengertian bahwa "Bapak Tuhan" haruslah ada terlebih dahulu sebelum adanya sang "Anak".

Oleh sebab itu tentulah akan terdapat rentang waktu ketika "Anak" belum ada.
Oleh karenanya, "Anak" adalah makhluk yang tersusun dari sebuah "esensi" atau makhluk yang tidak selalu ada.

Karena Tuhan merupakan suatu zat yang bersifat mutlak (abadi, alpha dan omega), maka Jesus tidak mungkin bisa menjadi "esensi" yang sama sebagaimana "esensi" Tuhan.

Kesimpulan pendapat Arius, bahwa hanya ada satu Tuhan, yaitu Tuhan yang selalu Ada dan tidak mempunyai asal usul, Dia Ada tanpa keberadaan sebelumnya. Dalam hal ini Arius membedakan antara unsur keistimewaan yang tetap ada di dalam Tuhan, yang merupakan kekuatan yang kekal dengan unsur keistimewaan Jesus sebagai suatu kelebihan yang diberikan oleh Tuhan selayaknya seorang Nabi dan itu tidak bersifat kekal.

Arius menjabarkan bahwa Jesus yang disebut Tuhan anak ini merupakan makhluk, sebab ia telah diciptakan oleh Tuhan Bapa sekalipun umpamanya benar diri Jesus sendiri diciptakan sebelum proses penciptaan Abraham (Nabi Ibrahim) sebagaimana yang diriwayatkan dalam kitab Perjanjian Baru -Injil Johanes pasal 8 ayat 58, namun dalam hal ini, status Jesus tetaplah merupakan makhluk ciptaan dan dia bukan Tuhan.

Argumen Arius ini tidak bisa terbantahkan, dan mulai tahun 321 M, Arius dikenal sebagai seorang presbyter pembangkang dan mendapatkan banyak dukungan dari Uskup-uskup daerah Timur.

Untuk mendukung pandangan-pandangannya, Arius mengemukakan sejumlah ayat didalam kitab Perjanjian Baru yang memperlihatkan Jesus selaku anak dari Tuhan Bapa berkedudukan di bawah Tuhan Bapa seperti kitab Matius 28:18, kitab Markus 13:32, kitab Lukas 18:19, kitab Johannes 5:19; pasal 14:28, serta surat kiriman 1 Korintus pasal 15 ayat 28.

Konflik ini semakin menjadi memanas setelah Athanasius (293-373 M), salah seorang tokoh agama dan cendikiawan besar yang mendukung doktrin Trinitas turut dalam perselisihan tajam dengan Arius.

Untuk menengahi pertentangan ini lebih jauh, maka oleh Kaisar Konstantin (280-337 M) dibentuklah suatu konsili (musyawarah besar) di Nicea (Asia Kecil - dekat kota Konstantinopel) pada tahun 325 M (abad ke-IV) dengan diikuti oleh para Uskup, tokoh-tokoh Theologi kenamaan dan banyak Sarjana Gereja, Konsili tersebut dikenal juga dengan nama Konsili Oikumonis I (Oikumene berarti seluruh dunia yang didiami bangsa manusia).

Dalam musyawarah itu, pengikut Arius menolak pandangan tentang penciptaan eternal (penciptaan yang bebas dari dimensi waktu), sementara Athanasius mempertahankannya. Pengikut Arius mengatakan bahwa anak diciptakan dari tidak ada, sementara Athanasius mengatakan bahwa anak diciptakan dari esensi Tuhan Bapak. Pengikut Arius berpendapat bahwa Tuhan anak tidak sama substansinya dengan Tuhan Bapa sementara Athanasius berpendapat sebaliknya.

Setelah titik penyatuan pandangan tidak juga berhasil dicapai dari kedua belah pihak yang berdebat, akhirnya kaisar Konstantin memberikan pernyataan bersayap (keputusan yang sifatnya bebas untuk ditafsirkan oleh pihak manapun) demi untuk menjaga kestabilitasan keadaan negrinya.

Adapun keputusan kaisar Konstantin ini menyebutkan bahwa Jesus memiliki sifat yang "Homousius" dengan Tuhan Bapa, istilah "Homousius" sendiri bisa berartikan satu hakekat, satu keadaan atau juga memiliki hubungan yang rapat satu sama lainnya.

Keputusan Konsili itu juga berhasil merumuskan "SYMBOLUM APOSTOLICUM" (Syahadat para Rasul) kata “syahadat” sendiri berasal dari kata bahasa Latin “credo” yang artinya “aku percaya”, dimana inti dari rumusan ini menggaris bawahi tentang ketiga pribadi dalam Tuhan yang satu itu adalah sejajar, walaupun digunakan istilah Bapa dan Anak.
“Credoin Deo Patri omnipotentem
(aku percaya akan Allah Bapa Yang Maha Kuasa)

Creatorem coeli et terrae
(pencipta Langit dan Bumi)

Et in Iesum Christum, Fillium eius unicum, Dominium nostrum
(dan akan Jesus Kristus, PutraNya yang Tunggal Tuhan kita)

Qui conceptus est de Spiritu Sancto, natus ex Maria Virgine
(yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria)

Passus sub Pontio Pilato, crucifixus, mortuus et sepultus
(yang menderita sengsara dalam Pemerintahan Ponsius Pilatus; disalibkan wafat dan dimakamkan)

Descendit ad inferna (inferos)
(yang turun ketempat penantian)

Tertia die resurrexit a mortuis
(pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati)

Acendit ad coelos, sedet ad dexteram Dei Patris omnipotentis
(yang naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang Maha Kuasa)

Inde venturus est iudicare vivos et mortuos
(dari situ Dia akan datang mengadili orang yang hidup dan mati)

Credo in Spiritum Sanctum
(aku percaya akan Roh Kudus)

Sanctam Ecclesiam catholicam, sanctorum communionem
(Gereja Katolik yang Kudus, persekutuan para kudus)

Remisionem peccatorum
(pengampunan dosa)

Carnis resurrectionem
(kebangkitan badan)

Vitam eternam
(kehidupan kekal)

Amen
(Amin)”.

( Sumber Credo dari http://www.katolik.net/ )

Pasca Konsili Nicea I, Athanasius berhasil membujuk kaisar untuk membuang Arius kesatu tempat yang jauh serta membakar semua tulisan-tulisan pemikiran Monotheismenya dengan alasan bahwa Arius masih tidak puas terhadap keputusan Kaisar. Hal ini tidak berlangsung lama sebab Kaisar Konstantin dengan dukungan Uskup Eusebius yang menentang paham Trinitas memanggil pulang Arius dari pengasingannya dan mengakui bahwa konsepnya mengenai Monotheisme lebih bisa diterima ketimbang paham Trinitas.

Pada tahun 336 Arius diangkat menjadi Pastur di Constantinopel dan dalam satu muslihat yang licik, dia berhasil dibunuh.

Semenjak tahun 340 M (tiga tahun setelah kematian Kaisar Konstantin pada tahun 337 M dan digantikan oleh Kaisar Theodosius), perselisihan antara Monotheisme dengan Trinitas kembali mencuat kepermukaan dan penyelesaian yang diberlakukan Gereja dengan dukungan pihak-pihak kerajaan tidaklah memuaskan semua pihak serta hanya bersifat sementara, sebab keyakinan pihak Istana sendiri tidak mempercayai pengajaran Injil sehingga setiap kali ada pergantian kaisar maka selalu ada perubahan suasana, dan ini bisa mengubah setiap titik dari keputusan Dewan Nicea sebelumnya. Pihak yang menang saat itu bisa berbalik menjadi pihak yang dikalahkan atau dipersalahkan di kemudian hari oleh kerajaan. Dan sejarah inilah yang akhirnya paling sering terjadi dalam kontroversi doktrin Trinitas dimasa lalu.

Empat puluh lima tahun setelah kematian Arius, Konsili Nicea (Nicene Creed) yang pernah digelar pada tahun 325 M kemudian diadakan lagi pada tahun 381 M, yang menghasilkan pernyataan "Syahadat Konsili Nicea Konstantinopel", yang mana isinya adalah :

“Aku percaya akan satu Allah
Bapa yang Maha Kuasa
Pencipta langit dan bumi
Dan segala sesuatu yang kelihatan
Dan tidak kelihatan.
Dan akan satu Tuhan, Yesus Kristus,
Putra Allah yang tunggal.
Ia lahir sebelum segala abad.
Allah dari Allah,
Terang dari Terang.
Allah benar dari Allah benar.
Ia dilahirkan, bukan dijadikan
Sehakikat dengan Bapa.
Segala sesuatu dijadikan olehNya.
Ia turun dari surga untuk kita manusia
Dan untuk keselamatan kita.
Ia dikandung dari roh Kudus,
Dilahirkan oleh perawan Maria,
Dan menjadi manusia
Iapun disalibkan untuk kita, waktu Pontius Pilatus.
Ia wafat kesengsaraan dan dimakamkan.
Pada hari ketiga Ia bangkit, menurut Kitab Suci.
Ia naik ke surga, duduk di sisi Bapa.
Ia akan kembali dengan mulia,
Mengadili orang yang hidup dan yang mati.
KerajaanNya takkan berakhir.
Aku percaya akan Roh Kudus,
Ia Tuhan yang menghidupkan,
Ia berasal dari Bapa dan Putra
Yang serta Bapa dan Putra disembah dan dimuliakan.
Ia bersabda dengan perantaraan para nabi.
Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik,
Aku mengakui satu pembaptisan, akan pengampunan dosa.
Aku menantikan kebangkitan orang mati
Dan hidup di akhirat.
Amin.”


Dalam sejarah internal gereja Trinitas sendiri, semenjak kerajaan Romawi Barat dan Romawi Timur berpisah, gereja-gereja penganut paham ketuhanan Trinitas pun terpisah menjadi gereja barat dan gereja timur.

Kata "gereja" sebenarnya berasal dari kata "igraja" yang diperkenalkan di Indonesia oleh para misionaris Portugis. Kata "igraja" tersebut berasal dari kata Latin "ecclesia" yang pada awalnya berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu "ekklesia" yang artinya "kumpulan" atau "pertemuan", sehingga makna umum dari gereja itu adalah tempat berkumpul orang-orang tertentu dan dalam hal ini adalah orang-orang yang meyakini asas ketuhanan Trinitas.

Adanya gereja Barat dan gereja Timur ini akhirnya membawa perpecahan-perpecahan sendiri yang mengakibatkan ajaran Trinitas terbagi dalam banyak sekte atau aliran, perpecahan awalnya adalah larangan yang dibuat oleh Kaisar Romawi Leo III pada tahun 726 M kepada umat Trinitas agar jangan mengkuduskan dan membuat patung-patung atau gambar-gambar (Icono Clasts) berkenaan dengan keyakinan dunia Kristen Trinitas seperti gambaran Jesus, Mariah atau orang-orang yang dianggap suci lainnya.

Perintah Kaisar Leo III ini dikukuhkannya lagi pada tahun 730 M dengan pemikiran bahwa hal ini merupakan perbuatan keberhalaan dan bertentangan dengan Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru sendiri.

Larangan ini diberlakukan sampai pemerintahan Kaisar Konstantin IV dan Kaisar Leo IV, sementara pemimpin gereja Timur yang disebut Paus Gregori II dan Paus Gregori III serta Germanius dengan dukungan gereja Konstantinopel dan Kaisar Irene justru memberikan persetujuan pemujaan gambar-gambar keagamaan, perselisihan yang panjang dan lama ini akhirnya diselesaikan dengan dicabutnya larangan ini pada Sidang Umum ketujuh yang berlangsung di Nicaea tahun 787 M.

Namun perpecahan di antara keduanya tidak akan diatasi oleh sidang tersebut dan masalah ini mengemuka pada abad ke 11 M pada waktu Roma menerima pemberian suatu tambahan ke dalam Nicene Creed, suatu hal yang tidak disetujui Gereja Timur. Tambahan itu adalah "dan anak" setelah frasa "kami percaya dalam Roh Kudus, Tuhan pemberi kehidupan, yang diturunkan dari Tuhan Bapa..." Jadi, Gereja-gereja Timur tidak menerima bahwa Roh Kudus diturunkan dari Tuhan Bapak dan Anak, melainkan hanya dari Tuhan Bapa saja.

Tentang masalah ini Timur dan Barat sama sekali tidak mempunyai titik temu dan menimbulkan pemisahan tahun 1054, karena wakil Paus menempatkan surat-surat ekskomunikasi pada altar St. Sophia di Konstantinopel. Sejak itulah muncul Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks Yunani.

Kata "Katolik" berarti "univeral", "memiliki sifat-sifat totalitas" atau "utuh". Dengan demikian Gereja Katolik adalah tempat berkumpul universal, dimana setiap orang telah dipanggil untuk membawa kabar sukacita Injil kepada setiap orang, kepada setiap bangsa, kepada setiap penjuru dunia.

Pusat gereja Katolik di dunia, gereja Santo Petrus Basilica (St. Peter’s Basilica) yang dibangun di Vatikan, adalah tempat dimana Petrus (Symeon -salah seorang murid Jesus) dimakamkan. Saat ini, kuburan dari Petrus berada di dalam tanah, persis dibawah altar utama di antara tiang-tiang penopang kubah Bernini.

Unsur-unsur doktrinal membuat mereka tetap terpisah: Gereja Katolik dipimpin oleh satu tampuk pimpinan yang disebut Paus, sementara Gereja Ortodoks menyerahkan kepemimpinan di tangan para bishop atau patriark (berarti Uskup); pandangan tentang Roh Kudus juga berbeda, Gereja Ortodoks tetap memberikan kedudukan penting bagi ikon-ikon dalam pemujaan, para pelayan gerejanya dibolehkan menikah, dan lain-lain.

Kata "Paus" ("Pope") artinya "Bapa" yang diambil dari bahasa Yunani. Didalam penggunaan bahasa Latin, kata ini lebih menunjukkan rasa hormat. Pada jaman Reformasi, kaum Protestan tidak setuju dengan istilah yang terkesan eksklusif tersebut, maka istilah "Paus" lebih sering disebut sebagai "Uskup Roma" (Bishop of Rome) seperti istilah pertamanya di jaman awal; Paus adalah pemimpin tertinggi Gereja Katolik dan sekaligus merupakan Ketua dari Dewan Para Uskup.

Walaupun pada mulanya kota Yerusalem dianggap sebagai pusat kesucian (karena disana terletak Bait al-Maqdis), namun sikap permusuhan yang diperlihatkan orang-orang Yahudi sendiri yang menguasai Yerusalem terhadap hal-hal yang berbau Jesus, mendorong pemindahan pusat Kristen; mula-mula ke Antiokia, lalu bergeser kekota Roma.

Paus memegang kekuasaan tertinggi, yang melampaui kekuasaan raja dan ratu. Namun sejak akhir abad keempat belas mulailah timbul tantangan terhadap kekuasaan Paus yang begitu besar. Timbullah gerakan reformasi yang dimulai Lollards dan Hussites; gerakan ini berubah menjadi ancaman serius terhadap supremasi Gereja Katolik ketika tahun 1617, seorang imam bernama Martin Luther menentang keras penjualan surat aflat (pengampunan dosa) oleh gereja.

Dia lalu menolak supremasi Paus, serta menghasut para bangsawan Jerman untuk memberontak dan memisahkan kekuasaan mereka. Para bangsawan, yang sebelumnya terdisilusi dengan kontrol oleh Gereja dan Paus, membutuhkan sedikit dorongan dan banyak diantara mereka segera bergabung dengan Martin Luther serta mendirikan gereja tersendiri, mereka dikenal sebagai Kristen Protestan (yaitu orang-orang Kristen yang memprotes).

Seiring dengan perjalanan sang waktu, hingga kini ada banyak sekali aliran dalam ajaran Trinitas, terlepas dari semua itu, kontroversi mengenai doktrin Trinitas sendiri sampai sekarang tidak pernah berhenti dan selesai dari dunia Kristen.

Sehubungan dengan doktrin Trinitas sendiri, "The Catholic Encyclopedia" mengomentari: "Dalam naskah alkitab belum terdapat satu istilah pun untuk menyatakan ke-Tiga Pribadi Tuhan tersebut secara bersama. Kata trias [tri'as]yaitu asal kata dari trinitas dalam bahasa Latin mula-mula ditemukan dalam karya Teofilus dari Antiokhia kira-kira tahun 180 M.... Tidak lama kemudian kata itu muncul dalam bentuk Latinnya dalam tulisan Tertullian." (http://www.newadvent.org/cathen/15047a.htm)

Dan sebagaimana akhir dari tulisan Bab sebelumnya, maka pada akhir dari Bab inipun akan diberikan pengantar pemikiran kritis bagi orang-orang yang meyakini ide Trinitas.

Pertama, orang-orang penganut paham ketuhanan ini berkata: "Tritunggal adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan doktrin utama agama Kristen..." tetapi sayangnya kitab Perjanjian Lama serta kitab Perjanjian Baru sendiri sebagai kitab sucinya justru sama sekali tidak pernah menyinggung ide ketuhanan Trinitas ini, kemunculannya hanyalah disebabkan penafsiran orang atas kata Bapa, Anak, Roh Kudus serta penafsiran atas beberapa kisah yang pernah terjadi pada masa kehidupan Jesus.

Bersikukuh bahwa Tritunggal adalah misteri yang begitu membingungkan karena berasal dari wahyu Tuhan hanyalah menciptakan problem besar. Sebab dalam kitab Bible yang disebut sebagai wahyu Tuhan itu sendiri tidak ada pandangan demikian mengenai Tuhan:

"Allah adalah Allah yang suka akan ketertiban; Ia bukan Allah yang suka pada kekacauan. Seperti yang berlaku di dalam semua jemaat Allah." (1 Korintus 14:33 Bahasa Indonesia sehari-hari)

Berangkat dari pernyataan itu, mungkinkah Allah akan mencetuskan doktrin mengenai diri-Nya sendiri yang begitu membingungkan sehingga bahkan para cendikiawan dan Teolog dari Ibrani, Yunani, dan Latin serta Barat yang sarat dengan pemikiran dan ilmu pengetahuannya tidak dapat menjelaskannya?
More aboutKONTROVERSI SEPUTAR TRINITAS (Melengkapi Bagian 1)

SIAPA BILANG YESUS MATI DI TIANG SALIB?

Diposting oleh BreakEver

Sebenarnya pertanyaan : …..benarkah Yesus mati di tiang salib…?....telah menjadi pertanyaan yang selalu menyelinap kedalam akal para kristanis diseluruh dunia.

Cerita mengenai penyaliban, hanya ada di kitab yang diklaim sebagai kitab suci oleh umat Kristen. Bukkti-bukti sejarah tidak menunjukkan adanya kematian itu.

Mari kita review apa kata injil :

Lihat Yohannes 20: 11 - 17

(11) Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, (12) dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. (13) Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis?" Jawab Maria kepada mereka: "Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan." (14) Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. (15) Kata Yesus kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?" Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: "Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya." (16) Kata Yesus kepadanya: "Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!", artinya Guru. (17) Kata Yesus kepadanya: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.".


Sampai disini, cerita dari injil jelas menyatakan bahwa Yesus belum mati.

Mari kita telusuri cerita ini selanjutnya :
Yohanes 20 : 19:20
(19) Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!" (20) Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan.


Yesus menunjukkan tangan dan lambungnya. Kenapa tangan dan lambung ?. Karena tangan itulah yg dipakukan ke tiang salib dan lambungnya yang ditusuk dengan tombak oleh tentara Romawi. (Ini pun, dengan asumsi, cerita penyaliban itu, benar adanya).

Sampai disini......, Yesus juga belum mati........!!!.

Dan yang perlu dicatat, meskipun kita semua tahu, bahwa Yesus, dipanggil Tuhan oleh murid-muridnya setelah bangkit dari kubur. Kita juga perlu menggaris bawahi kata-kata “bangkit dari kubur” ini, karena kata-kata itu adalah kata-kata yang didramatisir sedemikian rupa oleh para penulis injil. Padahal sebenarnya, Yesus berada dalam masa penyembuhan dari luka-lukanya.

Kemana Calon Tuhan itu Menghilang selama 18 tahun….?
Jadi ketika Yesus lahir, menginjak masa kanak-kanak dan remaja dia “belum menjadi Tuhan” . Dia hanyalah seorang anak manusia biasa, yg lahir dari seorang perwan.

Tapi, kita perlu merasa kasihan kepada umat Kristen, karena mereka tidak tahu kemana “calon Tuhan mereka” pergi dari usia 12 sampai 30 tahun. Tidak ada satupun orang Kristen yang tahu kemana calon Tuhan mereka menghilang selama 18 tahun. Tapi, menurut saya, bisa saja mereka benar-benar tidak tahu, tetapi mungkin juga mereka pura-pura tidak tahu. Sebab kalau mereka mau bertanya, mencari informasi kemana saja calon Tuhan mereka menghilang selama 18 tahun, maka mereka akan menemukan informasi tersebut. Tuhan telah menciptakan dunia ini begitu luas.

Apalagi kalau mereka, para Kristianis tersebut, mencari informasi sampai ke Tibet sana. Ke-biara-biara para Lama (pendeta Tibet) diantara puncak-puncak pegunungan tertinggi didunia. Mereka akan mengetahui dimana dan apa saja kerja calon Tuhan mereka.

Atau setidak-tidaknya, para Kristianis, dapat bertanya kepada Nicolai Notovich, seorang pengembara Rusia yang telah sampai ke salah satu biara terjauh diujung langit, yaitu dibiara Hemis, sekitar 20 mil sebelah tenggara Leh, di Tibet. Dibiara tersebut terdapat 84.000 (empat puluh enam ribu) gulungan naskah kuno, yang masih dipelihara. Diantara puluhan ribu gulungan tersebut terdapat cerita mengenai Yesus. Pendeta di biara Hemis, menceritakan kepada pengembara Rusia ini, bahwa naskah mengenai Yesus dibawa ke Tibet dari India dan Nepal. Naskah aslinya ditulis dalam bahasa Pali dan disimpan di Lhasa, ibukota Tibet. Salinan dalam bahasa Tibet nya disimpan di biara Hemis ini.

Naskah tersebut menceritakan pada ayat ke-5 bagian ke-4, menceritakan hal berikut ini :

Tidak lama setelah itu, seorang anak yang molek dilahirkan dinegeri Israel. Tuhan sendiri langsung berbicara kepada anak ini, menerangkan kurang berartinya lahiriyah, dan mulianya rohani.
Kedua orang tua anak itu miskin, dan termasuk keluarga yang terhormat karena kesalehan mereka dan mereka telah lupa akan keturunan yang mulia dibumi, me-MahaSuci-kan Sang Pencipta dan memberkahi mereka yang malang, yaitu agar mereka dianugerahi.

Anak yang diberkahi, yang kepadanya mereka berikan nama Isa, mulai membicarakan ke Esa an dan ke Tauhid an Ilahi sejak masa kanak-kanak. Ia memperingatkan orang-orang yang sesat untuk bertobat dan membersihkan dosa-dosa mereka.

Ketika Isa mencapai usia 13 tahun, yang pada usia itu bangsa Israel biasanya memungut isteri, ada yang menginginkan Isa untuk menjadi menantunya, karena diskusi-diskusinya yang menggunggah keimanan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan karena kemasyhurannya yang sudah tersebar luas.


Ingat, Anda sedang membaca naskah kuno berbahsa Tibet, milik biara Hemis di Leh, ibu kota Ladakh, Tibet. Kita kembali sejenak ke pada naskah injil, yang menceritakan bahwa pada umur 12 tahun Yesus (= Isa), menggemparkan Bait Allah dengan diskusinya dengan para Rahib di Bait Allah tersebut. Setelah itu, Injil diam seribu bahasa mengenai Yesus, sampai muncul lagi di usia sekitar 30 tahun.

Sekarang kita lanjutkan cerita naskah di biara Hemis :

Pada waktu itu juga Isa secara rahasia telah menghilang dari rumah orang tuanya. Dia meninggalkan Yerusalem, bergabung dengan para pedangan menuju Sind. Dia berniat untuk menyempurnakan dirinya mencari pengertian mengenai Ilahi dan mempelajari hukum-hukum Budha.

Lha,....???. Misteri menghilangnya calon Tuhan umat Kristiani ini ternyata dapat dilacak di Tibet sana....!!!.
Naskah tersebut selanjutnya menceritakan bahwa:

Yesus, setelah menetap beberapa lama di Sind, melanjutkan perjalanan Ainjab. Masyarakat Ainjab yang menyembah Tuhan Jaina, memohon kepadanya, agar sudi menetap dengan mereka. Tapi Isa tetap melanjutkan perjalannya ke Jagannath di negeri Orissa, dimana tinggal Viaya-Krisnha.
Disini, Yesus diterima dengan suka cita oleh para pendeta Brahma, dan mengajaknya untuk membeca kitab Weda. Yesus berada di sekitar Jagannath, Rajagriba dan Benares, selama 6 tahun. Dia amat termasyhur dikalangan masyarakat, termasuk dikalangan kaum Waisya dan Sudra. Yesus, mempunyai musuh pertamanya dari kalangan Brahma, karena beliau mengajarkan persamaan derajat diantara umat manusia, suatu hal yg sangat ditentang oleh kaum Brahma.

Nah, para kristianis di seluruh dunia, saya anjurkan Anda belajar ke Tibet sana, untuk mengetahui kemana calon Tuhan Anda menghilang selama 18 tahun.


Kemana Yesus setelah Bangkit dari Kubur....?
Umat Kristen sangat percaya (dengan taklid buta) bahwa setelah memperlihatkan diri kepada para muridnya, Yesus diangkat ke sorga, lalu bersemayam disebelah kanan Allah. Kita tidak tahu, entah dari mana para penulis injil menyelipkan cerita dongeng ini.

Tapi sebenarnya apa yang terjadi……??.

Yesus tidak mati….., dia tetap hidup sampai usia tua dan mempunyai anak.

Setelah penampakan dirinya kepada murid-muridnya, Yesus masih menampakkan diri dibeberapa tempat dengan dalam rupa yang lain. Jangan salah menginterpretasikan kata-kata “dengan rupa yang lain” ini, karena maksudnya dengan kata-kata tersebut bias saja benar-benar dalam bentuk atau penampilan yang lain, karena….penyamaran…!!. Tidak ada pilihan lain bagi Yesus untuk menyelamatkan dirinya dari penangkapan musuh-musuhnya para Rabi Israel, kecuali menyamar dan mengungsi.

Beliau jelas belum mau mati. Masih ada tugas yang harus dikerjakannya, yaitu mencari domba-domba Israel yang tersesat....!!!.

Selama ini, para kristiani selalu menginterpretasikan, “mencari domba-domba Israel yang tersesat”, dengan mengembalikan orang-orang Israel yang tersesat dari ajarat Taurat. Bukan itu saja....!!!. „Domba-domba Israel yang tersesat benar-benar merupakan bagian bagsa Israel yang hilang. Bangsa Israel setelah ditaklukkan oleh Babilonia, diangkut ke Babilonia. Mereka menjadi budak dan budak anak-anak Nebukadnezar sampai kerajaan Persia berkuasa. (II Tawarikh- 36 : 20). Kitab Perjanjian Lama (PL) selanjutnya menceritakan bahwa akhirnya bangsa Israel ini dikembalikan ke Palestina. Tapi pertanyaannya disini adalah, apakah semua bangsa Israel yang kembali....?. Jawabannya ada dalam Kitab 2 Edras-13:29-30, yang menyatakan bahwa mereka yang tidak kembali melanjutkan pengembaraan ke Timur untuk kemudian menetap disuatu dareah yang diberi nama Asareth. Sayangnya umat Kristen dilarang membaca buku ini, karena buku termasuk buku non-kanonik. Sementara itu, buku-buku sejarah bangsa Kashmir dan Afganistan, selalu menulis bahwa bangsa Kashmir dan Afganisthan, berasal dari suku bangsa Israel. Dan lebih penting lagi adalah persamaan nama suku-suku diwilayah ini dengan nama nama yang terdapat dalam Al-Kitab. Sangat banyak...!!. Sekadar menyebut contoh, nama-nama suku di Kashmir dan Afganistan :
Suku bangsa Azri, dalam Alkitab : Azriel (1 Tawarich-5:24)
Suku bangsa Beroth, dalam Al-Kitab: Beeroth (2 Samuel 4:2)
Suku bangsa Caleb, dalam Al-Kitab : Caleb (1 Tawarikh-2:18)
Suku bangsa Dattu, dalam Al-Kitab: Dathan (Bilangan 16:1)
Suku bangsa Gabba, dalam Alkitab : Gabbai (Nehemiah 11:8)
Suku bangsa Hahput, dalam Al-Kitab : Hatipha (Nehemia-7:56)
Suku bangsa Iqqash, dalam Al-Kitab: Ikkesh (1 Tawarikh-11:28)
Suku bangsa Kanaz, Kunzru, dalam Al-Kitab: Kenaz (Hakim-hakim 3:9)

Dan masih sangat banyak persamaan nama ini, termasuk dengan di Pakistan.

Jadi, jejak suku-suku Israel yang hilang ini banyak sekali dapat ditemukan didaerah sekitar Kashmir dan Afganistan ini.

Dan...., kesinilah Yesus menghilang setelah sembuh dari luka-lukanya di tiang salib.

Banyak sekali bukti perjalan Yesus ke daerah ini direkam oleh ingatan masyarakat setempat. Rute perjalanan Yesus dari Yerusalem, adalah Damaskus, Nusyaibin, Kashan, Taxila (sekarang masuk wilayah Pakistan, tidak jauh dari perbatasan Kahsmir), Muree, Srinagar, Ashmuqam. Diwilayah-wilayah ini, Yesus di kenal dengan nama Yuz Asaf, yang artinya adalah „Pemimpin penyembuh penyakit kusta“. Perjalanan itu dilakukan bersama ibunya Bunda Maria dan muridnya Thomas. Bunda Maria, karena tidak kuat menghadapi kesukaran dalam perjalanan, akhirnya meninggal di suatu tempat yang sekarang disebut Muree (kata ini berasal dari kata "Maria"), sekitar 30 mil dari Rawalpindi sekarang. Bunda tercinta ini, dikebumikan disuatu tempat yang dikenal dengan nama Pindi Point (Puncak Pindi), dan makamnya dinamakan Mai Mari da Asthan yang artinya tempat peristirahatan Bunda Maria.

Yesus melanjutkan perjalannya menuju Kashmir. Beliau masuk ke Kashmir melalui lembah yang sekarang dikenal sebagai Yusmarg (Padang Rumput Yesus). Daerah ini didiami oleh suku bangsa Yadu, keturunan dari 10 suku Israel. Dari sini, kearah Timur sampailah Aishmuqam, artinya Tempat Istirahat Yesus. Menurut buku Tarikh-i-Kashmir, yang ditulis dalam bahasa Persia, didapatkan cerita sebagai berikut :

Raja Gopananda kemudian memulai aktifitasnya di Lembah Kashmir....dst...dst.....
Dimasa periode itu Yusa Asaf tiba dari Palestina dan mulai mengaku dirinya Nabi di Lembah Kashmir. Dia melaksanakan tugas nya siang dan malam dan dia sangat tawakal dan suci.
Dia menyampaikan firman-firman Tuhan kepada rakyat Kashmir. Banyak sekalai orang yang insyaf dan menjadi pengikutnya. Raja memohon kepadanya untuk memimpin orang-orang Hindu ke jalan yang benar.


Baca juga catatan didalam buku kuno : Bhavisya Mahapurana, yang ditulis dalam bahasa Sanskerta pada tahun 3191, pada zaman Laukika (115 M), diceritakan bahwa pada suatu waktu Raja Shalewahin berjalan-jalan dipegunungan Voyen, dekat Srinagar, melihat seseorang yang berpakainan lain dari pada yang lain, berbaju putih dan berwajah simpatik. Dalam ayat 17-32, kita diberitahu bahwa diantara Raja dengan orang tersebut terjadi dialog sebagai berikut :

Raja Salewahin bertanya kepadanya, siapkah gerangan dia...?. Dia menjawab dengan lemah lembut : „ Saya yang dikenal dengan anak Tuhan yang lahir dari seorang perawan“. Sang Raja merasa terpesona dengan jawaban ini, kemudian orang itu melanjutkan : „Saya mengajarkan agama bangsa Amalekit dan mengikuti prinsip-prinsip kebenaran sejati“. Sang raja bertanya kepadanya mengenai agamanya, orang itu menjawab : „ Wahai raja, saya menyeru dari negeri yang amat jauh, dimana kebenaran tidak bisa tinggal lama dan kejahatan sudah merajalela tanpa batas. Saya muncul di negeri bangsa Amalekit sebagai Masih. Melalui sayalah orang-orang berdosa dan orang-orang bersalah menderita, dan saya juga menderita ditangan-tangan mereka....“.
Selanjutnya diceritakan, bahwa Yesus akhirnya menikah dengan eorang perempuan desa yang cantik jelita, bernama Mirjan (atau Marjon), dan mempunyai keturunan. Salah seorang keturunan Yesus yang masih dapat dijumpai sampai sekarang adalah seseorang yang bernama Sahibzada Baharat Saleem, yang tinggal di kota Srinagar. Yesus atau didaerah Kahsmir, dikenal dengan nama Yus Asaf, akhirnya meninggal di Kashmir, dimakamkan di distrik Khanyar, dipusat ibukota Kashmir, Srinagar.

Jadi....?
Kepercayaan dogmatis penebusan dosa ditiang salib, adalah rekaan para murtadin ajaran Yesus. Yesus atau yang kita kenal dengan Isa Al-Masih, tidak mati ditiang salib. Tetapi beliau mengembara jauh ke Timur, seperti yang dilakukannya ketika muda selama 18 tahun dari umur 12 sampai 30 tahun.

Yesus tidak mati…!!!. Doktrin Penebusan Dosa ditiang Salib gugur….!!!.

Cerita ini saya sadur dari buku :
Yesus Wafat di Kashmir
Karangan: Andreas Faber Kaiser
Diterbitkan pertama kali oleh : Gordon Cremonnesi, Ltd, 1977, di Great Britania.
More aboutSIAPA BILANG YESUS MATI DI TIANG SALIB?

ANALISA DOKTRIN TRINITAS

Diposting oleh BreakEver


Telah umum dalam pemahaman orang-orang Kristen bahwa Tuhan dikonsepkan menjadi 3 oknum, yaitu : Tuhan Bapa (God the Father), Tuhan anak (Jesus the Christ) dan Tuhan Roh Kudus (The Holy Spirit); Dan ketiga-tiga oknum ini didalam keyakinan mereka merupakan sehakikat dan satu dalam kesatuannya.

Adanya kehadiran Jesus yang disebut sebagai Tuhan anak (The Son of God) didalam salah satu unsur ke-Tuhanan Kristen, tidak hanya dipandang sebagai kiasan (metafora), namun lebih cenderung dalam arti yang sebenarnya. Oleh karena perkataan Tuhan anak disini digunakan dalam arti yang sebenarnya, maka perkataan “Tuhan Bapa” disini seharusnya juga digunakan pula dalam arti "Bapa" yang sesungguhnya, sebab dengan demikian pemahaman ini menjadi benar.

Namun hal ini akan menjadikan suatu hal yang mustahil untuk dapat diterima oleh akal sehat !

Karena diri "anak" yang sebenarnya dari sesuatu, adalah mustahil akan memiliki suatu zat dengan diri sang "Bapa" yang sesungguhnya dari sesuatu itu juga. 

Sebab pada ketika "zat" yang satu itu disebut anak, tidak dapat ketika itu juga "zat" yang satu ini disebut sebagai Bapa. Begitupula sebaliknya, yaitu pada ketika zat yang satu itu disebut sebagai Bapa, tidak dapat ketika itu kita sebut zat yang sama ini sebagai anak dari Bapa itu.

Ketika zat yang satu ini kita sebut sebagai Bapa, maka dimanakah zat anak ?
Tentunya kita semua sepakat bahwa kata apapun yang kita pakai dalam membicarakan Tuhan itu semata sebagai pengganti kata DIA (yaitu kata ganti yang tentu saja memang ada kata yang digantikannya, dan kata ZAT dalam konteks pembicaraan kita disini bukanlah kata zat yang dapat dibagi menjadi zat zair, padat dan gas.

Oleh karena dunia Kristen memiliki konsep pluralitas Tuhan dalam satu zat, maka disini telah terjadi suatu dilema yang sukar dan untuk menjawab hal ini, mereka selalu melarikan diri pada jawaban : "Misteri Tuhan yang sulit diungkapkan." 

Suatu pernyataan yang mencoba menutupi ketidak berdayaan penganut Kristen didalam memberikan pemahaman mengenai doktrin keTuhanan mereka yang bertentangan dengan akal sehat.

Disatu sisi mereka memberikan kesaksian akan ke-Esaan dari Allah, namun pada sisi lain mereka juga dipaksa untuk menerima kehadiran unsur lain sebagai Tuhan selain Allah yang satu itu, logikanya adalah, jika disebut zat Tuhan Bapa lain dari zat Tuhan anak, maka akan nyata pula bahwa Tuhan itu tidak Esa lagi tetapi sudah menjadi dua (dualisme keTuhanan dan bukan Monotheisme).

Begitu pula dengan masuknya unsur ketuhanan yang ketiga, yaitu Roh Kudus, sehingga semakin menambah oknum ketuhanan yang satu menjadi tiga oknum yang berbeda satu dengan yang lainnya sehingga mau tidak mau pengakuan tentang ke-Esaan Tuhan (prinsip Monotheisme) akan menjadi sirna.

Khusus mengenai diri Tuhan Roh Kudus sendiri, didalam kitab Bible (di-Indonesia sering disebut al-kitab) kadangkala digambarkan sebagai api, sebagai burung dan lain sebagainya. Dan Tuhan Roh Kudus ini menurut kitab Perjanjian Lama (bagian awal dari al-Kitab) sudah seringkali hadir ditengah-tengah manusia, baik sebelum kelahiran Jesus, masa keberadaan Jesus ditengah para murid-muridnya hingga masa-masa setelah ketiadaan Jesus pasca penyaliban.

Dan menghadapi hal ini, kembali kita sebutkan bahwa unsur Tuhan sudah terpecah kedalam tiga zat yang berbeda. Sebab jika tetap dikatakan masih dalam satu zat (satu kesatuan), maka ketika itu juga terjadilah zat Tuhan Bapa adalah zat Tuhan anak kemudian zat Tuhan anak dan zat Tuhan Bapa itu adalah juga zat dari Tuhan Roh Kudus.

Pertanyaannya sekarang, sewaktu zat yang satu disebut Bapa, dimanakah anak ? 
Dan sewaktu zat yang yang satu disebut sebagai Tuhan anak, maka dimanakah Tuhan Bapa serta Tuhan Roh Kudus ? Oleh sebab itu haruslah disana terdapat tiga wujud Tuhan dalam tiga zat yang berbeda.

Sebab yang memperbedakan oknum yang pertama dengan oknum yang kedua adalah ‘keanakan’ dan ‘keBapaan’. Sedang anak bukan Bapa dan Bapa bukan anak !

Jadi nyata kembali bahwa Tuhan sudah tidak Esa lagi.

Oleh karena itulah setiap orang yang mau mempergunakan akal pikirannya dengan baik dan benar akan menganggap bahwa ajaran Trinitas, bukanlah bersifat Monotheisme atau meng-Esakan Tuhan melainkan lebih condong kepada paham Polytheisme (sistem kepercayaan banyak Tuhan).

Dengan begitu, maka nyata sudah bahwa ajaran itu bertentangan dengan ajaran semua Nabi-nabi yang terdahulu yang mengajarkan bahwa Tuhan itu adalah Esa dalam arti yang sebenarnya.

Kita dapati dari kitab Perjanjian Lama, Perjanjian Baru (khususnya 4 Injil) sampai kepada kitab suci umat Islam yaitu al-Qur'an, tidak didapati konsep pluralitas ketuhanan sebagaimana yang ada pada dunia Kristen itu sendiri.

Pada masanya, Adam tidak pernah menyebut bahwa Tuhan itu ada tiga, demikian pula dengan Abraham, Daud, Musa, dan nabi-nabi sebelum mereka sampai pada Jesus sendiri juga tidak pernah mengajarkan asas ke-Tritunggalan Tuhan, apalagi dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw.

Lebih jauh lagi bila kita analisa konsep Trinitas ini menyebutkan bahwa oknum Tuhan yang pertama terbeda dengan Ke-Bapaan, karena itu ia disebut sebagai Tuhan Bapa (Dia dianggap sebagai Tuhan yang lebih tua), sementara oknum Tuhan kedua terbeda dengan Keanakan yang lahir menjadi manusia bernama Jesus dalam pengertian singkatnya bahwa Tuhan anak baru ada setelah adanya Tuhan Bapa, karena itu ia disebut sebagai sang anak.

Hal yang paling menarik lagi adalah tentang oknum Tuhan ketiga yaitu Roh Kudus yang justru terbeda sifatnya dengan keluarnya bagian dirinya dari Tuhan Bapa dan Tuhan anak, sehingga Bapa bukan anak dan anak bukan pula Bapak atau Roh Kudus.

Apabila sesuatu menjadi titik perbedaan sekaligus titik keistimewaan pada satu oknum, maka perbedaan dan keistimewaan itu harus juga ada pada zat oknum tersebut. Misalnya, satu oknum memiliki perbedaan dan keistimewaan menjadi anak, maka zatnya harus turut menjadi anak.

Artinya zat itu adalah zat anak, sebab oknum tersebut tidak dapat terpisah daripada zatnya sendiri. Apabila perbedaan dan keistimewaan itu ada pada zatnya, maka ia harus adapula pada zat Tuhan, karena zat keduanya hanya satu.

Oleh karena sesuatu tadi menjadi perbedaan dan keistimewaan pada satu oknum maka ia tidak mungkin ada pada oknum yang lain. 

Menurut misal tadi, keistimewaan menjadi anak tidak mungkin ada pada oknum Bapa.
Apabila ia tidak ada pada oknum Bapa, maka ia tidak ada pada zatnya.
Apabila ia tidak ada pada zatnya, maka ia tidak ada pada zat Allah.
Karena zat Bapa dengan zat Tuhan adalah satu (unity).

Dengan demikian terjadilah pada saat yang satu, ada sifat keistimewaan tersebut pada zat Tuhan dan tidak ada sifat keistimewaan itu pada zat Tuhan.

Misalnya, Tuhan anak lahir menjadi manusia.
Apabila Tuhan anak menjadi manusia, maka zat Tuhan Bapa harus menjadi manusia karena zat mereka satu (sesuai dengan prinsip Monotheisme). Namun kenyataannya menurut dunia kekristenan bahwa Tuhan Bapa tidak menjadi manusia. Dengan demikian berarti zat Tuhan Allah tidak menjadi manusia.

Maka pada saat zat Tuhan Allah akan disebut menjadi manusia dan zat Tuhan Allah tidak menjadi manusia, maka ini menjadi dua yang bertentangan dan suatu konsep yang mustahil.

Ajaran Trinitas yang mengakui adanya Tuhan Bapa, Tuhan anak dan Tuhan Roh Kudus hanya dapat dipelajari dan dapat diterima secara baik hanya jika dunia Kristen mendefenisikannya sebagai 3 sosok Tuhan yang berbeda dan terlepas satu sama lainnya, dalam pengertian diakui bahwa Tuhan bukan Esa, melainkan tiga (Trialisme).

Siapapun tidak akan menolak bahwa Tuhan bersifat abadi, Alpha dan Omega, tidak berawal dan tidak berakhir, namun keberadaan Tuhan yang menjadi anak dan lahir dalam wujud manusia telah memupus keabadian sifat Tuhan didalam dunia Kristen, karena nyata ada Bapa dan ada anak alias telah ada Tuhan pertama yang lebih dulu ada yang disebut sebagai Tuhan tertinggi dan ada pula Tuhan yang baru ada setelah Tuhan yang pertama tadi ada.

Akal manusia dapat membenarkan, jika Bapa dalam pengertian yang sebenarnya harus lebih dahulu ada daripada anaknya.

Akal manusia akan membantah bahwa anak lebih dahulu daripada Bapa atau sang anak bersama-sama ada dengan Bapa, sebab bila demikian adanya tentu tidak akan muncul istilah Bapa maupun anak.

Apabila Tuhan Bapa telah terpisah dengan Tuhan anak dari keabadiannya, maka Tuhan anak itu tidak dapat disebut ‘diperanakkan’ oleh Tuhan Bapa. sebab Tuhan Bapa dan Tuhan anak ketika itu sama-sama abadi, Alpha dan Omega, sama-sama tidak berpermulaan dan tidak ada yang lebih dahulu dan yang lebih kemudian hadirnya.

Apabila ia disebut diperanakkan, maka yang demikian menunjukkan bahwa ia adanya terkemudian daripada Bapa. Karena sekali lagi, anak yang sebenarnya harus ada terkemudian daripada Bapa yang sebenarnya.

Apabila antara Tuhan Bapa serta Tuhan anak telah terbeda dari kekekalan, maka Tuhan Roh Kudus pun telah terbeda pula dari kekekalannya masing-masing, mereka bukan satu kesatuan tetapi 3 unsur yang berbeda.

Kenyataan ini justru didukung penuh oleh kitab Perjanjian Baru sendiri, bukti pertama bisa kita baca dalam Injil karangan Matius pasal 3 ayat 16 sampai 17 :

"Sesudah dibaptis, Jesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan ia (Jesus) melihat Roh Allah seperti burung merpati hinggap ke atasnya, lalu terdengarlah suara dari sorga (apakah sorga = langit? :-red) yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." (Matius 3:16-17)

Pada ayat diatas secara langsung kita melihat keberadaan 3 oknum dari zat Tuhan yang berbeda secara bersamaan, yaitu satu dalam wujud manusia bernama Jesus dengan status Tuhan anak, satu berwujud seperti burung merpati (yaitu Tuhan Roh Kudus) dan satunya lagi Tuhan Bapa sendiri yang berseru dari sorga dilangit yang sangat tinggi.

Dengan berdasar bukti dari pemaparan Matius diatas, bagaimana bisa sampai dunia Kristen mempertahankan argumentasi paham Monotheisme didalam sistem ketuhanan mereka ?

Bukti lainnya yang menunjukkan perbedaan antara masing-masing zat Tuhan didalam dunia Kristen yang semakin membuktikan keterpisahan antara Tuhan yang satu dengan Tuhan yang lainnya dalam kemanunggalan mereka.

"Maka kata Jesus sekali lagi: Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus aku, demikian juga sekarang aku mengutus kamu !; dan sesudah berkata demikian, ia (Jesus) menghembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus" !." (Johanes 20:21-22)

Ayat Johanes diatas sebagaimana juga Matius pasal 3 ayat 16 dan 17, memaparkan mengenai keterbedaan zat Tuhan anak dan Tuhan Roh Kudus sehingga semakin jelas bahwa antara Tuhan Bapa, Tuhan anak dan Tuhan Roh Kudus tidak ada ikatan persatuan dan tidak dapat disebut Tuhan yang Esa, masing-masing Tuhan memiliki pribadinya sendiri, inilah sistem kepercayaan banyak Tuhan (Pluralisme ketuhanan) sebagaimana juga yang diyakini oleh orang-orang Yunani maupun Romawi tentang keragaman dewa-dewa mereka.

Konsep ini sama dengan konsep 3 makhluk bernama manusia, ada si Amir sebagai Bapa, ada si Jhoni sebagai anak dan adapula si Robin, ketiganya berbeda pribadi namun tetap memiliki kesatuan, yaitu satu dalam wujud, sama-sama manusia, tetapi apakah ketiganya sama ? Tentu saja tidak, mereka tetaplah 3 orang manusia.

Tuhan Bapa, Tuhan anak maupun Tuhan Roh Kudus adalah sama-sama Tuhan namun mereka tetap 3 sosok Tuhan yang berbeda, inilah sebenarnya konsep yang terkandung dalam paham Trinitas atau Tritunggal pada dunia Kristen.

Sebagai akhir dari Bab ini, maka kita kemukakan dua hal penting lain sebagai pengantar pemikiran kritis bagi orang-orang yang meyakini ide Trinitas dan mempercayai akan kemanunggalan Jesus dengan Allah.

Pertama, dunia Kristen Trinitas meyakini bahwa Jesus merupakan anak Tuhan sekaligus Tuhan itu sendiri yang lahir menjadi manusia untuk menerima penderitaan diatas kayu salib demi menebus kesalahan Adam yang telah membuat jarak yang jauh antara Tuhan dengan manusia.

Sekarang, bila memang demikian adanya, bisakah anda menyatakan bahwa pada waktu penyaliban terjadi atas diri Jesus maka pada saat yang sama Tuhan Bapa (Allah) telah ikut tersalibkan ?

Hal ini perlu diangkat sebagai acuan pemikiran yang benar, bahwa ketika Tuhan telah memutuskan diri-Nya untuk terlahir dalam bentuk manusia oleh perawan Mariah maka secara otomatis antara Jesus dengan Tuhan Bapa tidak berbeda, yang disebut Jesus hanyalah phisik manusiawinya saja tetapi isi dari ruhnya adalah Tuhan sehingga hal ini menjadikan diri Jesus disebut Tuhan anak.

Dalam keadaan apapun selama tubuh jasmani Jesus masih hidup dan melakukan aktivitas layaknya manusia biasa, pada waktu itu Ruh Tuhan pun tetap ada dalam badan jasmani tersebut dan tidak bisa dipisahkan, sebab jika Ruh Tuhan telah keluar dari badan kasarnya maka saat itu juga Jesus mengalami kematian, karena tubuh jasmani telah ditinggalkan oleh ruhnya.

Jadi logikanya, sewaktu tubuh jasmaniah Jesus disalibkan, maka zat Tuhan juga telah ikut tersalib, artinya secara lebih gamblang, Tuhan Bapa telah ikut disalib pada waktu bersamaan (sebab mereka satu kesatuan).

Pada waktu tubuh jasmani Jesus bercakap-cakap dengan para murid serta para sahabat lainnya maka pada waktu yang bersamaan sebenarnya Tuhan-lah yang melakukannya dibalik wadag tersebut.

Dan sekarang bila Jesus mengalami kejadian-kejadian tertentu seperti mengutuki pohon Ara karena rasa laparnya namun ia tidak menjumpai apa-apa disana selain daun (Matius 21:18-19) maka hal ini menyatakan ketidak tahuan dari diri Jesus mengenai segala sesuatu dan implikasinya bahwa Tuhan yang mengisi jiwa dari wadag manusia Jesus pun bukanlah Tuhan yang sebenarnya, sebab ia tidak bersifat maha mengetahui sedangkan pencipta alam semesta ini haruslah Tuhan yang mengenal ciptaan-Nya sekalipun itu dalam wujud makhluk paling kecil dan hitam yang tidak tampak secara kasat mata berjalan pada malam yang paling kelam sekalipun.

Dan pada waktu Jesus merasa sangat ketakutan sampai peluhnya membasahi sekujur tubuhnya bagaikan titik-titik darah yang berjatuhan ketanah (Lukas 22:44) maka pada saat yang sama kita menyaksikan Tuhan yang penuh kecacatan, betapa tidak, Tuhan justru frustasi dan kecewa sampai Dia mau mati (Matius 26:38) akibat ketakutan-Nya kepada serangan para makhluk ciptaan-Nya sendiri yang seharusnya justru menjadi lemah dan bukan ancaman menakutkan dimata Tuhan.

Dan didetik-detik tersebut kita dapati pada Matius pasal 26 ayat 36 sampai 39 Jesus telah memanjatkan doa yang ditujukan kepada Tuhan. Sungguh suatu kejanggalan yang sangat nyata sekali, betapa Tuhan telah menjadi makhluk dalam bentuk manusia dan Tuhan itu masih memerlukan bantuan dari pihak lain (dalam hal ini Tuhan itu butuh bantuan Tuhan juga), disinilah sebenarnya kita melihat kenyataan bahwa Jesus itu sendiri bukan Tuhan, dia hanyalah makhluk dan sebagai makhluk maka seluruh dirinya terlepas dari unsur-unsur ketuhanan, baik jasmani maupun rohaninya.

Karena itu dia pasti membutuhkan bantuan Tuhan yang sebenarnya, Tuhan yang Maha Tahu, Tuhan yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu dari ciptaan-Nya serta Tuhan yang Maha Gagah.

Silahkan anda sebagai penganut paham Trinitas memikirkan hal-hal ini secara lebih kritis lagi. Adapun sekarang hal kedua yang ingin saya kemukakan sebagai penutup Bab pertama ini adalah sehubungan kembali dengan dakwaan Trinitas akan kemanunggalan Jesus dengan Tuhan dan mereka itu dianggap sebagai satu kesatuan, sehingga Jesus disebut sebagai Tuhan itu sendiri (makanya dikenal sebagai Tuhan Jesus).

Dalam banyak kitab dan pasal pada Perjanjian Baru, kita sebut saja misalnya Matius 26:64, Kisah Para Rasul 7:55-56, Roma 8:34 dan sebagainya telah disebut bahwa Jesus sebagai Tuhan anak telah duduk disebelah kanan Tuhan Bapa, artinya mereka berdua (antara Tuhan Bapa dengan Tuhan anak) merupakan dua Tuhan yang berbeda, tidakkah ini menyalahi sendiri konsep kemanunggalan Jesus pada Tuhan Bapa yang diklaim oleh pihak Trinitas sendiri ?

Bukankah semakin jelas kita melihat ada dua Tuhan dan bukan satu Tuhan, dan jika paham satu Tuhan disebut sebagai Tauhid atau Monotheisme maka sistem banyak Tuhan (lebih dari satu Tuhan) disebut sebagai Pluralisme Tuhan atau Polytheisme.

Semoga hal ini bisa membawa anda kepada pemikiran yang benar, logis serta penuh kedamaian kembali kepada ajaran yang bisa anda terima secara lurus... ISLAM.
Wassalam,

Armansyah
More aboutANALISA DOKTRIN TRINITAS

DARI SALIB KE KASHMIR

Diposting oleh BreakEver

Kain Kafan Turin

Sejak tahun 1969, Professor Max Frie, seorang ahli kriminologi yang termasyhur dan menjabat Direktur Laboratorium Kepolisian Zurich, telah memeriksa “Kain Kafan” dari Turin untuk meneliti serbuk-serbuk yang melekat padanya, dan, setelah bertahun-tahun mengadakan penganalisaan secara seksama dan teliti dengan menggunakan peralatan modern mutakhir, akhirnya dapat menemukan gambaran yang mendetail mengenai sejarah dan asal-usul Kain Kafan tersebut. Khususnya dia telah menemukan benih-benih yang sangat kecil yang terdiri dari biji-bijian yang sudah memfosil. Setelah mengadakan pengujian secara teliti, ternyata biji-bijian tersebut berasal dari tumbuh-tumbuhan yang hanya terdapat di Palestina saja sekitar 20 abad yang lampau. Dari hasil penemuan ini dia kini tidak ragu-ragu lagi akan keaslian Kain Kafan tersebut yang juga kain itu membawa bekas biji-bijian dari tumbuhan-tumbuhan di daerah sekitar Constantinople dan Laut Tengah. Biji-bijian yang terdiri dari limabelas macam tumbuh-tumbuhan yang berlainan telah ditemukan juga di Kain Kafan itu, yakni, enam berasal dari daerah Palestina, satu dari daerah Constantinople, sedangkan yang delapan macam lagi berasal dari daerah sekitar Laut Tengah.

Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut yang dimulai tahun 1969 dan atas perintah Gereja, dicatat oleh suatu press telah disebarkan permulaan tahun 1976 mengatakan:

“Setelah diadakan penelitian selama tujuh tahun mengenai Kain Kafan yang membungkus tubuh (Kristus), banyak para sarjana mendapat kesimpulan bahwa Yesus telah dibawa ke makam dalam keadaan masih hidup. Para ahli menguatkan pernyataan itu, bahwa Kain Kafan Suci yang disimpan di Turin tersebut diselimutkan ke tubuh orang yang disalib, yakni, yang menderita itu sungguh sama seperti apa yang diderita oleh Yesus, tetapi dinyatakan bahwa, orang yang disalib itu tidak mati di kayu salib, melainkan dikemakamkan sewaktu ia masih hidup. Duapuluh delapan noda darah di kain itu membuktikan hal ini. Para peneliti tersebut meyakinkan kita bahwa mayat yang dibungkus kain kafan pasti tak akan mengalirkan darah semacam itu. Yesus dikemakamkan dalam keadaan masih hidup, jika tidak, maka pasti ada Yesus yang kedua dan ia telah sama-sama menderita menghadapi sakaratulmaut”.

Mengenai catatan-catatan Kain Kafan Turin tersebut kembali ke abad sembilan, ketika itu berada di Yerusalem. Pada abad keduabelas ada di Constatinople, dan pada tahun 1474, setelah dalam waktu yang singkat ada di Belgia, kain itu menjadi milik Rumah Keselamatan. Kain itu pernah rusak terbakar pada tahun 1532 dan tiga tahun kemudian dipindahkan ke Turin. Dari tahun 1536 sampai 1578 dipindahkan ke Vercelli, lalu ke Milan, lalu ke Nice dan kembali lagi ke Vercelli, kemudian ke Chambrey, kemudian dikembalikan lagi ke Turin pada tahun 1706 (yang selama tahun itu kain tersebut pernah dipindahkan ke Jenewa dalam waktu yang tidak lama). Pada tahun 1946, Hubert II dari Bala Keselamatan mempercayakan Kain Kafan itu kepada Uskup di Turin untuk dirawat, tetapi tanpa diserahkan dengan baik kepada si pemilik Kain itu.

Foto-foto pertama dari Kain Kafan itu diperoleh pada tahun 1898. Foto-foto resminya telah diambil oleh G. Enrie pada tahun 1931 ketika penelaahan kain itu dimulai.

Ukuran Kain Kafan tersebut adalah: Lebar 3 kaki 7 inchi (110 cm) dan panjang 14 kaki 3 inchi (436 cm). Menurut pendapat Mr. Ricci, seorang ahli tehnik di Vatikan, tapak tubuh yang membekas di Kain Kafan tersebut menunjukkan tubuh yang berukuran tinggi 5 kaki 4 inchi (162 cm). Namun Proffesor Lorenzo Ferri, seorang ahli pemahat patung dari Roma, telah mengukur panjang tubuh yang diselimuti kain itu yaitu hampir 6 kaki 2 inchi (187 cm).

Pada tahun 1957, buku Kurt Berna yang berjudul “Jesus nicht am Kreuz gestorben” (Yesus tidak wafat di kayu salib) muncul. Berna adalah seorang Katolik dan Sekretaris Institut Jerman di Stuttgart, yang sejak beredarnya foto-foto G. Enrie, telah mempelajari Kain Kafan tersebut secara intensif. Hasil-hasil penelaahan itu telah disebar-luaskan oleh Berna sendiri dalam bentuk dua buku, yakni: “Das Linen” (Kain Kafan) dan “Jesus nicht am kreuz gestorben”. Buku-buku tersebut, khususnya yang kedua, pada waktu penyebarannya telah menggemparkan dan menjadi ajang pertentangan yang sungguh hebat.

Pada tanggal 26 Februari 1959, Berna menulis sepucuk surat kepada Paus John XXIII memohon kepadanya untuk membentuk suatu panitia para dokter untuk menyelidiki Kain Kafan tersebut, dan tujuannya adalah untuk mengakhiri pertentangan mengenai persoalan tersebut.

Permohonan pertama ditolak, langsung melalui utusan Paus di Jerman; tetapi pada tahun 1969, Vatikan membentuk panitia yang hasilnya telah kita lihat di muka tadi, yang pada kesimpulannya adalah sama seperti apa yang dikehendaki oleh Berna.

Berikut ini adalah surat Berna kepada Paus John:

Paduka yang mulia,

Dua tahun yang lalu, Lembaga Penelitian Kain Kafan Suci Jerman telah mempersembahkan hasil-hasil penelaahan Kain Kafan yang disimpan di Turin kepada Paduka dan masyarakat luas.

Selama duapupuh empat bulan yang lalu itu, para ahli yang berbeda dari berbagai Universitas di Jerman telah berusaha untuk tidak membenarkan penemuan-penemuan yang luar biasa itu, tetapi mereka gagal. Walaupun begitu, mereka berdalih bahwa ilmu pengetahuan mereka memungkinkan mereka dengan mudah untuk tidak membenarkan kesimpulan-kesimpulan kami, namun akhirnya mereka mengakui kalah dan sekarang mereka mengakui kembali dan bahkan menyetujui sahnya penelaahan ini; dan memang hal ini penting sekali bagi kedua agama, yakni Yahudi dan Kristen. Kirangan sangat berlebihan dan tidak pada tempatnya di sini untuk menyebutkan berapa banyak komentar-komentar yang timbul di berbagai media massa internasional.

Karena tak seorang pun dapat mengingkari dengan yakin akan hasil-hasil penelitian tersebut, maka Lembaga yakin bahwa penemuan-penemuan tersebut akan menimbulkan tantangan terbuka bagi seluruh dunia. Telah terbukti dengan meyakinkan, bahwa Yesus Kristus telah dibaringkan di Kain Kafan itu, setelah penyaliban dan pencabutan mahkota duri.

Penelaahan-penelaahan telah menetapkan dengan begitu pasti bahwa tubuh orang yang disalib itu telah diselimuti dengan kain itu dan dibiarkan beberapa saat lamanya. Dari sudut pandang ilmu kedokteran, telah terbukti bahwa tubuh yang dibaringkan di Kain Kafan itu tidak mati karena jantungnya masih tetap berdenyut. Bekas-bekas darah mengalir, keadaan ini dan secara alami, memberikan bukti ilmiah bahwa apa yang dinamakan hukuman mati itu benar-benar tidak sempurna.

Penemuan ini menggambarkan, bahwa apa yang diajarkan Kristen masa kini maupun yang dahulu tidaklah benar.

Paduka, ini adalah kesaksian ilmu pengetahuan. Tak dapat diingkari, bahwa penelaahan Kain Kafan Suci sekarang ini sangat penting sekali artinya, karena melibatkan ilmu pengetahuan (science) dan bukti sejarah. Foto-foto Kain Kafan Suci yang telah dipersiapkan pada tahun 1931 dengan izin Paus Pius XI yang tegas, menambah lengkapnya perbendaharaan untuk membuktikan benar tidaknya hasil-hasil penelaahan saat ini. Untuk membuktikan bila hal itu tidak benar, maka di sini penting sekali mengemukakan pengujian-pengujian berikut ini: a). menggunakan percobaan kimia modern (yang dianalisa oleh miscroscope dan dengan penelaahan-penelaahan semacam itu) pada bekasbekas darah yang menetes yang terdapat di Kain Kafan Suci tersebut yang dihasilkan oleh hentakan-hentakan jantung yang masih tetap berdenyut. b). pengujian menggunakan sinar “X” dan sinar infra merah serta sinar ultra-violet maupun dengan menggunakan metode-metode modern lainnya. c). didata dengan peralatan jam atom dan metode karbon 14.

Untuk menganalisa kain kafan dengan tepat, hanya diperlukan 300 gram. Ini tak akan merusak Kain Kafan Suci, ia hanya memerlukan carikan 2 cm saja lebarnya dari sisi kain itu, yang panjang kain itu 4,36 meter. Dengan cara ini, bagian-bagian penting dari kain itu tidak akan rusak seluruhnya. Tak ada seorang Kristen pun di dunia ini, kecuali Paduka tentunya sebagai seorang Paus Gereja, yang dapat mengurus barang pusaka suci itu. Hasil-hasil penelaahan Lembaga dan perwakilan-perwakilan lain yang hanya dapat menolak, apabila pengujian-pengujian ilmu pengetahuan diselenggarakan. Saya tidak mengerti, mengapa Gereja tidak mau memberi izin terhadap penelaahan-penelaah Kain Kafan Suci itu. Saya tidak percaya bahwa hal itu akan menyebabkan Gereja merasa takut: Mengapa harus begitu? Lembaga pun tidak perlu merasa takut, sebab hal itu mengemukakan penelaahan-penelaahan yang tulus dan suci, ia menggunakan metodemetode yang berlaku. Dengan keyakinan penuh, kami dapat menyatakan bahwa tak seorang pun bahkan di dunia ini yang tidak dapat membenarkan penemuan-penemuan itu, yang menimbulkan tantangan terbuka pada Lembaga.

Sebagaimana telah digambarkan, hanya dengan menunjukkan benar atau tidaknya fakta-fakta dan analisa-analisa ilmu pengetahuan saja yang dapat melengkapi hasil-hasil yang diharapkan.

Mengingat penelaahan yang luar biasa ini, kami dengan rendah hati memohon kepada Paduka untuk memberikan perhatiannya, dengan demikian Gereja dapat membawa perkara itu kepada suatu kesimpulan. Sejumlah para pengikut Gereja dan masyarakat lain mereka siap untuk menjawab panggilan apabila Gereja berkenan.

Atas nama Lembaga Penelitian Kain Kafan Suci Jerman dan rekan-rekan yang berkepentingan dalam penelitian ini, kami, sebagai penganut Katolik Roma, dengan ini memohon kepada Paduka untuk memberikan izin hal tersebut karena pentingnya bukti-bukti yang mungkin bisa diperoleh.


Salam takzim pada Paduka.


Kurt Berna,
Penulis dan Sekretaris Katolik
Urusan Lembaga Penelitian Jerman


Sebelum mendiskusikan kehidupan Yesus setelah lukanya sembuh akibat penyaliban, saya akan menggaris-bawahi satu pandangan dari kesimpulan yang dicapai oleh Berna di dalam bukunya tersebut.

Berna mengatakan, analisa kain kafan tersebut meunjukkan bahwa, kepala dan tangan Yesus diletakkan lebih tinggi dari pada letak badannya. Andaikata Yesus telah wafat ketika dibungkus kain kafan tersebut, maka ini berarti tidak mungkin ada darah segar yang mengalir pada bagian-bagian tersebut yang meninggalkan bekas pada kain kafan itu. Oleh karenanya, Berna mempertahankan pendiriannya, bahwa kain itu meninggalkan bekas-bekas darah yang mengalir dari luka-luka yang disebabkan mahkota duri yang dipasang oleh orang-orang Romawi di seputar kepala Yesus, yang mencemoohkan sebagai “Raja Yahudi”, kemudian suatu ketika tubuh itu diturunkan dari kayu salib dan “mahkota” itu pun dicopot, maka luka-luka yang disebabkan oleh duri-duri tersebut mulai berdarah. Apabila Yesus telah wafat saat itu, maka semua darah pasti membeku di bagian bawah badannya. Sudah merupakan hukum alam, asalkan jantung terus-menerus memompa, maka darah pun akan terus beredar bahkan sekalipun dalam keadaan hampa udara. Apabila saat itu jantung berhenti berdenyut, maka darah pun akan berhenti beredar dan akan mulai kembali ke urat-urat, pembuluh-pembuluh darah di permukaan kulit akan segera mengering, dan rupa pucat kematian pun akan nampak di tubuh. Jadi, darah segar pasti tak akan mengalir dari luka-luka di kepala Yesus jika jantungnya berhenti berdenyut, ini adalah bukti medis, bahwa Yesus tidak wafat ketika beliau dibungkus kain kafan itu. Mungkin beliau tidak bernafas dan nampaknya seperti mati; tetapi bilamana jantung tetap berdenyut, dalam keadaan demikian ini, seseorang bisa hidup kembali dengan perawatan medis yang intensif.

Garis tipis pada kain kafan tersebut menunjukkan darah yang berasal dari luka tangan yang dipaku mengalir sepanjang lengan kanan ketika paku itu dicabut. Terlihat, bahwa darah itu segar dan membasahi kain kafan itu, ini menambah lengkapnya bukti, bahwa jantung Yesus masih tetap aktif ketika beliau diturunkan dari kayu salib.

Kain Kafan itu juga menambah lengkapnya bukti dimana tombak yang digunakan prajurit Romawi untuk menguji apakah Yesus sudah wafat atau belum, ia menancap dan jatuh dari tubuh beliau. Bekas-bekas darah menunjukkan, bahwa tombak menembus dada sebelah kanan, di antara tulang rusuk yang kelima dan keenam dan menerobos ke sebelah atas lengan kiri dan membuat sudut 20 derajat. Oleh sebab itu, tombak tersebut lewat dekat jantung tetapi tidak melukainya, “darah dan air” yang dinyatakan dalam Injil Yahya (19:34) memberikan bukti kepada kita, bahwa darah itu mengalir dari luka dan bukan dari jantung. Ini menunjukkan bahwa jantung masih tetap berdenyut sekalipun lemah, dan karenanya Yesus masih tetap hidup.

Namun Paulus mencatat dan menjadikan doktrin, bahwa Yesus mati disalib dan kemudian bangkit kembali, dan doktrin inilah yang diperkuat oleh Gereja Kristen. Oleh sebab inilah, hasil-hasil penelitian Kain Kafan Turin membuat Gereja dalam keadaan serba sulit, dan akibatnya pada tanggal 30 Juni 1960, Paus John XXII mengeluarkan maklumat yang dicetak koran Vatikan: “L’Osservatore Romano” pada tanggal 2 Juli, dengan judul: “Keselamatan Sempurna Tubuh Yesus Kristus”. Dalam hal ini Paus menyatakan kepada para Uskup Katolik yang mengakui dan menyebarkan berita-berita ini, bahwa keselamatan sempurna umat manusia adalah akibat langsung dari darah Yesus Kristus, dan kematiannya akhirnya tidaklah dianggap penting.

--------------------------------------------------------------------------------

1. Sage adalah sejenis tumbuhan rerumputan yang berdaun hijau keabu-abuan dan suram warnanya, digunakan untuk mengharumkan makanan. (Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English).

2. Verbena adalah sejenis tumbuhan rerumputan yang terdapat di banyak taman-taman, mempunyai beraneka warna bunga. (Kamus, idem, -penerjemah).
More aboutDARI SALIB KE KASHMIR

Inilah Kebohongan Pendeta Saifuddin Ibrahim

Diposting oleh BreakEver on Minggu, 28 Februari 2016


Pendeta Saifuddin Ibrahim getol menyebarkan misi penyesatan agar umat Islam mengikuti jejaknya, murtad meninggalkan Islam menjadi pemeluk Kristen. Pendeta kelahiran Bima-NTB 26 Oktober 1965 itu merilis buku “Dialog Kristen–Islam” (Penerbit Amanat Agung Indonesia, Januari 2015).

Dalam Kata Pengantarnya pada alinea pertama, secara blak-blakan ia menantang bahwa buku ini ditulis dengan target khusus untuk umat Islam yang dia istilahkan sebagai “keturunan Ismael.”

Untuk menambah rasa percaya diri dalam meyakinkan pembaca, Pendeta Udin memamerkan sederet akademis sebelum menjadi pendeta: “Saya kuliah di Ushuluddin Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), kuliah Bahasa Arab, komunikasi, kuliah di STT jurusan Theologi. Bahasa kedua saya adalah bahasa Arab” (hlm 5).

Hanya orang bodoh saja yang percaya kepada bualan Pendeta Udin. Karena dibandingkan sederet latar belakang akademis yang dipamerkan itu, seluruh atraksi teologis dalam buku ini penuh dengan kesalahan yang tidak bisa ditolerir.

Udin mengaku pernah kuliah Bahasa Arab dan mengaku Bahasa Arab sebagai bahasa keduanya. Padahal Bahasa Arab yang dipamerkan dalam buku ini salah semua. Misalnya, ketika melecehkan syariat ibadah haji, Pendeta Udin menulis sebagai berikut:

“Naik haji hanya bagi yang mampu. Muhammad bersabda demikian, “Al-hajjum mabruurun laisa lahu illal jannah,” artinya: orang naik haji mabrur balasannya adalah surga.” Gak mampu ya gigit jari” (hlm. 10).

Weleh-weleh…. 
Dengan tulisan rendahan dan kacau balau seperti itu dia berani mengaku lulusan UMS yang menguasai Bahasa Arab? Umat Islam tidak semudah itu untuk dibohongi pendeta.

Jangankan santri pesantren atau sarjana Islam, siswa Madrasah Ibtidaiyah (SD) saja dengan mudah menilai bahwa tulisan Pendeta Udin itu salah dan ngawur.

Kalau Pendeta Udin benar-benar sarjana Islam yang menguasai bahasa Arab, mestinya kutipan hadits itu adalah seperti ini:

Dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi Saw  bersabda:“Haji yang mabrur tidak balasan baginya kecuali surga” (HR. Bukhari dan Muslim

Bila ditranselitrasikan, nas Arab yang benar dalam hadits itu adalah sebagai berikut: “Al-hajju al-mabruuru laisa lahu jazaa’un illa al-jannah” atau “Al-hajjul-mabruuru laisa lahu jazaa’un illal jannah.”

Menulis kata “al-hajju” dengan “al-hajjum” jelas memamerkan kebodohan bahasa. Karena kata nakirah (yang diawali dengan al tidak bisa ditanwin). Menulis “al-mabruuru” dengan “mabruurun” juga mempertegas kebodohannya, karena struktur kata ini adalah sebagai “na’at” yang harus memakai “al” dan tidak ditanwin, mengikuti (tabi’) kepada man’ut.

Menghilangkan kata “jazaa’un” dalam hadits tersebut semakin menambah daftar kebodohan Pendeta Udin, karena membuat terjemah hadits menjadi pincang.

Pendeta Udin tak layak mengaku-ngaku sebagai orang yang bisa berbahasa Arab. Bahasa yang dipamerkan itu bukanlah bahasa Arab yang benar, tapi bahasa orang sarap!

MURTADIN UDIN PENDETA PHP


Seluruh argumen kemurtadannya amatiran kelas awam, jauh dari nilai akademis seperti yang diklaimnya. Pendeta Udin memaparkan bahwa alasan pertama meninggalkan Islam adalah kewajiban shalat yang sangat memberatkan.

“Ibadahnya harus memakai bahasa Arab, yang tidak dimengerti oleh mereka sendiri. Mau praktik juga susah, orang Islam sendiri juga akan putus asa kalau mengikuti dengan taat. Mulai dari shalat? Orang Islam sendiri jarang yang shalat. Gak shalat masuk neraka, kalau shalat gak sempat… Dan ibadah yang paling sulit adalah shalat” (hlm. 9).

Alasan murtad dengan argumen shalat memberatkan sangat tidak ilmiah. Bagi umat Islam, shalat sama sekali tidak memberatkan bahkan menjadi identitas keimanan (An-Nisa 103) yang mengoneksikan diri kepada Allah (Qs Thaha 14) yang mencegah perbuatan keji dan munkar (Al-’Ankabut 45).

Rasulullah Saw  menegaskan bahwa shalat adalah identitas keislaman, karena garis batas antara mukmin dan kafir: “Batas antara seorang muslim dengan kemusyrikan dan kekufuran adalah meninggalkan shalat” (HR Muslim).

Shalat adalah tiket ke surga Firdaus (Al-Mu’minun 9-11), dan sebaliknya orang yang tidak shalat pasti masuk neraka Saqar (Al-Muddatstsir 42-43).

Ibadah shalat yang dilakukan kaum Muslimin adalah salah satu kehebatan Islam yang tidak dimiliki Kristen. Dengan mudah umat Islam bisa beribadah shalat meneladani tuntunan Nabi Muhammad Saw , karena ritualnya ditentukan secara tauqify baik gerakan, bacaan maupun syarat dan rukunnya.

Hal ini berbeda dengan umat Kristen yang tidak punya pegangan ibadah yang sesuai dengan teladan Yesus Kristus. Karena Alkitab (Bibel) baik Perjanjian Baru maupun Perjanjian Lama, sama sekali tidak mencatat ritual ibadah kristiani secara detil. Justru sebaliknya, apa yang diajarkan Yesus adalah ajaran nabi-nabi terdahulu, yaitu meng-Esa-kan Allah, jangan berbuat syirik, berwudlu dan bersujud.

Akibatnya, Pendeta Udin dan umat Kristen lainnya merekayasa sendiri ritual ibadah. Misalnya, merayakan Natal tanggal 25 Desember untuk memperingati kelahiran Yesus yang mereka anggap sebagai tuhan (hari ulang tahun kelahiran tuhan), padahal Bibel tidak pernah menyatakan Yesus lahir tanggal 25 Desember.

Dengan beribadah mengikuti Nabi Muhammad Saw , sesuai tuntunan Alquran  dan Sunnah, layak bila umat Islam mengharap ridha Allah dan surga-Nya.

Sementara Pendeta Udin yang mengklaim sebagai pengikut Yesus tapi tidak bisa beribadah sesuai tuntunan Yesus, berani mengklaim dirinya pasti masuk surga? Alquran  surat Al-Baqarah 111 menyebut surga orang seperti ini sebagai angan-angan kosong belaka (tilka amaniyyuhum).

Dengan kata lain, orang seperti Pendeta Udin ini adalah kaum php (pengobral harapan palsu)!!!

PENDETA UDIN BUTA SEJARAH 

Murtadin yang memiliki nama baptis Saifuddin Abraham ini menuduh Alquran  penuh dengan kontradiksi (pertentangan) ayat yang tidak bisa dijawab oleh para ulama maupun ahli tafsir Alquran . Ayat yang dituduh kontradiksi dengan sejarah itu adalah sebagai berikut:

“Alquran  mengandung cacat sejarah, geografis, doktrin bahkan secara gramatikal dan sebagainya. Contoh Alquran  melakukan kesalahan fatal, mengatakan Maryam itu ibu Yesus adalah Miryam saudara Harun, yaitu kakaknya Musa. Padahal masa antara harun dan Yesus itu 1.500 tahun... Alquran  melakukan kesalahan fatal dengan menyebut Miryam saudara Harun tertukar dalam Alquran  adalah Maryam ibu Yesus Kristus” (hlm. 21).

Asal tuduh, Pendeta Udin sama sekali tidak menyebut ayat Alquran  yang dimaksud. Tapi biarlah, penulis sudah hafal ayat yang dituduhkan, karena tuduhan ini sudah usang dan terlalu sering penulis dengar. Ayat yang dituduh keliru itu adalah sebagai berikut:
“Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang penjahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina” (Qs. Maryam 27-28).

Para pendeta menganggap julukan/panggilan “Ya Ukhta Harun” (wahai saudara perempuan Harun) kepada Maryam adalah kesalahan fatal, karena jarak antara Maryam dengan Harun terpaut sekitar 1.500 tahun.

Dalam kitab-kitab tafsir terdapat beberapa pendapat tentang siapa Harun yang dimaksud dalam surat Maryam 28. Tafsir Al-Qurthubi merinci ada lima pendapat, dan yang paling kuat adalah pendapat Qatadah, bahwa pada waktu itu di kalangan bani Israel ada seorang abid (rahib) yang bernama Harun. Karena Maryam juga seorang abid (rahib) yang taat beribadah, maka dia biasa dipanggil sebagai "saudara Harun." Jadi, kalimat "Ya Ukhta Harun" pada surat Maryam itu berarti "Ya hadzihil mar’atus-shalihah." Pendapat yang kelima ini disepakati oleh tafsir Qurthubi, Ibnu Katsir dan Al-Jalalain.

Hal ini pernah ditanyakan kepada Rasulullah Saw . Beliau balik bertanya kepada penanya, “Apakah dia tidak mengetahui bahwa Bani Israil biasa menamakan anak-anak mereka menurut nama nabi-nabi dan wali-wali mereka?” (Ruhul-Bayan, jilid 6 hlm 16; Tafsir Ibnu Jarir, jilid 16 hlm 52).

Dalam tradisi semitik, sebutan anak (Arab=bin, Ibrani=ben), ibu (Arab=umm, Ibrani=ém) dan saudara (Arab=akhun, Ibrani=akh) tidak selamanya bermakna hakiki. Kata-kata ini sering dipakai dalam arti luas yang bermakna metafora (kiasan).

Dalam belasan ayat Bibel, Yesus disebut sebagai “Anak Daud” (Matius 1:1, 9:27, 21:9, 15:22, 20:30-31, 21:15, 22:42, Markus 10:47-48, 12:35, Lukas 18:38-39, 20:41), anak Daud adalah Nabi Sulaiman, bukan Yesus. Selain itu,  jarak waktu antara Yesus dengan Daud berselang 750 tahun dan Yesus tidak punya ayah kandung.

Julukan seseorang yang shalih biasa dinisbatkan kepada leluhurnya yang terkenal keshalihannya. Jika Nabi Isa boleh disebut sebagai anak Daud karena sama-sama shalih, maka Maryam pun boleh disebut sebagai “anak Musa,” karena keduanya satu jalur silsilah dan sama-sama shalih. Karena Nabi Musa punya saudara bernama Harun, maka otomatis Maryam boleh disebut “saudara perempuan Harun” dalam arti metafora, bukan denotatif.
More aboutInilah Kebohongan Pendeta Saifuddin Ibrahim

PARA NABI BERAGAMA ISLAM

Diposting oleh BreakEver on Sabtu, 27 Februari 2016

Sebagaimana kita tahu bahwa setiap kali Allah SWT mengutus seorang nabi, isi detail aturan syariatnya mungkin saja bervariasi. Tiap umat telah diberikan syariat masing-masing, kecuali setelah datangnya nabi Muhammad SAW, semua risalah itu kemudian di-nasakh dan diganti dengan risalah yang bersifat universal.

Para nabi itu berasal dari Allah SWT. Semua merupakan sebuah rangkaian ajaran Islam. Bahkan di dalam Al-Quran kita membaca dengan jelas penyebutan agama para nabi, yaitu mereka beragama Islam.

1. Nabi-nabi Beragama Islam
Beberapa nabi sebelum datangnya Rasulullah SAW menamakan agama mereka dengan sebutan Islam juga.

a. Nabi Ibrahim Beragama Islam

Nabi Ibrahim alaihissalam sebagai ayah dari banyak nabi beragama Islam. Beliau bukan seorang yahudi dan juga bukan seorang nasrani. Beliau beragama Islam.

Sebagaimana Allah SWT menyebutkannya di dalam Al-Quran Al-Kariem.

ما كان إبراهيم يهوديًا ولا نصرانيًا ولكن كان حنيفًا مسلمًا وما كان من المشركين

Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi seorang muslim . Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.
Nabi Ibrahim sendiri yang menegaskan bahwa dirinya adalah seorang pemeluk agama Islam, sebagaimana termaktub di dalam Al-Quran:

إذ قال له ربه أسلم قال أسلمت لرب العالمين، ووصى بها إبراهيم بنيه ويعقوب: يا بني إن الله اصطفى لكم الدين فلا تموتن إلا وأنتم مسلمون

Ketika Tuhannya berfirman kepadanya, BerIslam-lah ! Ibrahim menjawab, Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam. Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub., Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.

Sebagai ayah dari para nabi, beliau telah menamakan kita dengan sebutan muslimin. Di dalam Al-Quran, perkataan beliau diabadikan:

وجاهدوا في الله حق جهاده هو اجتباكم وما جعل عليكم في الدين من حرج ملة أبيكم إبراهيم هو سماكم المسلمين من قبل وفي هذا

Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. agama orang tuamu Ibrahim. Dia telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan dalam ini…

b. Nabi Musa beragama Islam

يا قوم إن كنتم آمنتم بالله فعليه توكلوا إن كنتم مسلمين

Berkata Musa, Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang muslim .

c. Hawariyun Shahabat Nabi Isa Beragama Islam

آمنا بالله وأشهد بأنا مسلمون

Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang muslim .

d. Penyihir Fir’aun Beragama Islam

ربنا أفرغ علينا صبرًا وتوفنا مسلمين

Dan kamu tidak menyalahkan kami, melainkan karena kami telah beriman kepada ayat-ayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami. , Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan muslim .

e. Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis Beragama Islam

ألا تعلو عليّ وأتوني مسلمين

Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai muslim .


2. Para Nabi Satu Rangkaian Agama

Bahkan rangkaian para nabi dan rasul itu diibaratkan seperti serombongan orang yang membangun sebuah bangunan. Di mana masing-masing bekerja sesuai porsinya dan paling akhir yang menyempurnakan bangunan itu adalah nabi Muhammad SAW.


3. Para Nabi Bersaudara

Dalam sebuah hadits yang disepakati keshahihannya oleh Al-Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa sesungguhnya pada nabi itu bersaudara.

الأنبياء أولاد علات: أمهاتهم شتى ودينهم واحد

Para nabi adalah anak-anak saudara ayah. Dan agama mereka satu.
Mengapa Syariat Sebelumnya Dihapus?

Setiap kali seorang nabi mangkat atau dibunuh kaumnya, ajaran yang dibawanya selalu mengalami pelunturan, dari yang paling sederhana hingga yang paling parah. Seringkai para nabi dan orang shalih yang awalnya dihormati, kemudian malah dijadikan sesembahan selain Allah SWT.

Berhala-berhala di masa nabi Nuh tidak lain asalnya dari patung-patung orang shalih di zamannya. Namun seiring dengan berjalannya waktu, aqidah umat itu mengalami penyimpangan berat sampai menyembah patung orang shalih.

Ketika nabi Isa alaihissalam diangkat, awalnya belum ada orang yang menyatakan beliau sebagai tuhan, kecuali 400 tahun kemudian diputuskan dalam sidang Konsili yang sesat itu bahwa beliau naik pangkat jadi tuhan.
Astaghfirullahal-azhim…

Kalau masalah aqidah yang paling esensial sampai bisa mengalami deviasi yang parah, apatah lagi masalah detail teknis syariah. Tentu jauh mengalami penyimpangan luar biasa.
Dalam keadaan itu, Allah SWT berkehendak untuk menurunkan syariat agama terakhir dengan spesifikasi:
  1. Kitab sucinya dijamin abadi dan tidak akan hilang, segala upaya untuk menghilangkan atau memalsukannya dijamin pasti gagal
  2. Syariahnya berlaku sepanjang masa hingga hari kiamat. Tidak mengenal expired date.
  3. Syariahnya berlaku untuk seluruh ras manusia tanpa perbedaan. Tidak seperti syariah terdahulu yang hanya diberikan untuk suku tertentu.
  4. Secara umum, bobot beban syariahnya lebih ringan dibandingkan dengan semua beban syariah yang pernah turun sebelumnya
  5. Ada jaminan tersiarnya Islam sampai ke seluruh dunia dengan waktu yang singkat
  6. Setiap 100 tahun selalu muncul orang yang menjaga kemurnian syariah dan memperbaharui moral umatnya
  7. Semua kaum yang pernah diturunkan kepada mereka syariah sebelumnya, diwajibkan untuk meninggalkannya dan berpindah masuk ke dalam risalah terbaru dan terakhir ini serta mengakui kenabian Muhammad SAW. Sebab syariah mereka dengan sendirinya menjadi tidak berlaku lagi.
Seandainya ada dari para nabi di masa lalu yang masih sempat mengalami datangnya kenabian Muhammad SAW dan setelahnya, dia pun harus meninggalkan syariahnya dan ikut kepada syariah terakhir ini.
Dan hal itu akan terjadi pada diri nabi Isa alaihissalam yang saat ini masih belum meninggal, bahkan beliau akan datang lagi ke tengah kita. Kali ini bukan sebagai nabi, apalagi sebagai anak tuhan, melainkan sebagai salah satu dari umat nabi Muhammad SAW.
More aboutPARA NABI BERAGAMA ISLAM