DISTORSI MATIUS 12: PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN
|
Matius menduga bahwa Yesus sering berbicara dalam bentuk
perumpamaan-perumpamaan, dengan masud untuk tetap menyembunyikan kebenaran dari
mereka yang tidak pantas mengetahuinya. Orang-orang semacam ini bisa mendengar
Yesus berbicara, tetapi mereka tidak akan pernah bisa memahami pesannya.
Sebaliknya, murid-murid Yesus mampu memahami "rahasia-rahasia" ini, yang
tersimpan dalam perumpamaan-perumpamaan Yesus. Matius menganggap hal ini sebagai
pemenuhan nubuat.1
Bersama mereka sesungguhnya
terpenuhilah nubuat Yesaya yang mengatakan, "Engkau sesungguhnya akan mendengar,
tetapi tidak pernah memahami, dan engkau sesungguhnya akan melihat, tetapi tidak
pernah mencerap. Karena hati orang-orang ini telah menjadi tumpul, dan telinga
mereka sulit untuk mendengar, dan mereka telah menutup mata mereka; demikianlah
mereka tidak mungkin melihat dengan mata mereka, mendengar dengan telinga
mereka, serta memahami dengan hati dan bakat mereka - dan aku akan menyembuhkan
mereka". Tetapi diberkatilah matamu, karena mereka melihat, dan telingamu,
karena mereka mendengar.2
Di sini Matius menggunakan terjemahan Yesaya dari
Septuaginta berbahasa
Yunani.3 Pernyataan Yesaya sebenarnya adalah sebagai berikut.
Kemudian aku mendengar suara Tuhan
bersabda, "Siapa yang akan aku utus, dan siapa yang akan menghampiri kami?" Dan
aku berkata, "Inilah aku: utuslah aku!" Dan ia bersabda, "Pergilan dan katakan
pada orang-orang ini, Teruslah mendengarkan, tetapi jangan memahami; tetaplah
melihat, tetapi tidak mengerti". Buatlah pikiran mereka tumpul, dan hentikanlah
pendengaran mereka, tutuplah mata mereka, sehingga mreka tidak mungkin melihat
dengan mata mereka, mendengar dengan telinga mereka, serta memahami dengan
pikiran dan bakat mereka, kemudian mereka akan
disembuhkan."4
Berbagai perbedaan antara kutipan dari Yesaya di atas
dan terjemahan Matius atas pernyataan ini bisa dinisbahkan kepada Matius yang
menggunakan versi Yesaya dari Septuaginta berbahasa Yunani, alih-alih
teks Yesaya yang berbahasa Ibrani. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, sandaran
Matius pada Septuaginta berbahasa Yunani merupakan bukti yang kuat bahwa
penyusun Matius bukanlah salah seorang murid Yesus, bahkan juga bukan seorang
Yahudi dari Palestina. Namun, penyusun Matius harus dilihat sebagai seorang
Yahudi yang terhellenisasi atau orang Kristen non-Yahudi, yang hidup di
Pengungsian (mungkin di Suriah).
Akan tetapi, penggunaan Septuaginta berbahasa Yunani bukanlah persoalan yang sebenarnya dalam terjemahan Yesaya Matius. Persoalan sebenarnya adalah bahwa Matius berusaha memilih kata-kata Yesaya menjadi sebuah nubuat datangnya seorang Juru Selamat. Dengan sekali lagi mengeluarkan satu ayat tersebut dari konteks yang sebenarnya. Dengan menghapus bagian awal ayat Yesaya, dimana Yesaya konon secara suka-rela menyampaikan pesan dari Allah, Matius menyembunyikan fakta bahwa pesan Yesaya itu sebenarnya membicarakan tentang diutusnya Yesaya sebagai seorang nabi Allah.5 Pesan ini jelas mengidentifikasi Yesaya sebagai seorang rasul yang dibicarakan, dan dengan jelas mengidentifikasi peristiwa-pwristiwa yang telah digenapi selama masa hidup Yesaya. Sekali lagi, bualan Matius mengenai pemenuhan nubuat gagal mencapai sasaran. Sekali lagi, dalam pengujian atas beberapa ayat Perjanjian Lama di atas mengungkapkan bahwa Matius telah menyobek kain dari ayat Perjanjian Lama dengan berusaha membentangkannya agar sesuai dengan kehidupan dan kerasulan Yesus.
Keterangan:
Akan tetapi, penggunaan Septuaginta berbahasa Yunani bukanlah persoalan yang sebenarnya dalam terjemahan Yesaya Matius. Persoalan sebenarnya adalah bahwa Matius berusaha memilih kata-kata Yesaya menjadi sebuah nubuat datangnya seorang Juru Selamat. Dengan sekali lagi mengeluarkan satu ayat tersebut dari konteks yang sebenarnya. Dengan menghapus bagian awal ayat Yesaya, dimana Yesaya konon secara suka-rela menyampaikan pesan dari Allah, Matius menyembunyikan fakta bahwa pesan Yesaya itu sebenarnya membicarakan tentang diutusnya Yesaya sebagai seorang nabi Allah.5 Pesan ini jelas mengidentifikasi Yesaya sebagai seorang rasul yang dibicarakan, dan dengan jelas mengidentifikasi peristiwa-pwristiwa yang telah digenapi selama masa hidup Yesaya. Sekali lagi, bualan Matius mengenai pemenuhan nubuat gagal mencapai sasaran. Sekali lagi, dalam pengujian atas beberapa ayat Perjanjian Lama di atas mengungkapkan bahwa Matius telah menyobek kain dari ayat Perjanjian Lama dengan berusaha membentangkannya agar sesuai dengan kehidupan dan kerasulan Yesus.
Keterangan:
1. Matius
13:10-13. Bahan-bahan dan sentimen-sentimen yang sama bisa dilihat dalam Markus
4:10-12 dan dalam Lukas 8:9-10. Dengan demikian, keterangan ini bisa dilihat
sebagai memiliki asal-muasal dari Markus, meskipun Matius banyak mengelaborasi
asal-muasal Markus tersebut.
2. Matius 13:14-16.
3. A)Fenton JC (1973) B) Kee HC (1971).
4. Yesaya 6:8-10.
5. Ackroyd PR (1971).
2. Matius 13:14-16.
3. A)Fenton JC (1973) B) Kee HC (1971).
4. Yesaya 6:8-10.
5. Ackroyd PR (1971).
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar